in ,

E-commerce Indonesia Bersaing di Dunia? Ini 6 Strategi E-commerce Bisa Masuk Pasar Global

E-commerce Indonesia

Peluang bertumbuhnya e-commerce Indonesia memang makin besar. Pertumbuhan itu seiring dengan makin meningkatnya jumlah pengguna internet di Indonesia yang sudah mencapai setengah jumlah penduduk.

Per tahun 2015 ditaksir transaksi belanja online di Indonesia mencapai US 1,2 juta dollar (Rp. 16,2 Milyar), dan angkanya akan terus meningkat. Bagi e-commerce yang sudah sukses menggaet pasar nasional, tentu berpikir untuk melangkah ke pasar regional dan pasar global.

Ada 80 juta lebih pengguna aktif online shopping di dunia, belum pengguna pasif yang juga potensial. Total transaksi e-commerce sedunia sampai dengan saat ini mencapai US 130 milyar dollar (Rp. 1756,8 triliun). Tentu saja pasar global begitu menggoda dan sayang untuk dilewati.

Setelah perjanjian AFTA dan akan disusul kesepakatan free trade yang lain, membuat perdagangan antar negara semakin cair dan persaiangan semakin ketat. Bagi e-commerce seharusnya menatap hal ini sebagai peluang untuk melebarkan saya ke pasar global.

Selain itu, dengan menglobalkan e-commerce Indonesia, itu akan membantu peningkatan ekonomi masyarakat Indonesia yang mayoritasnya adalah pelaku UKM. Industri dan UKM fokus pada kualitas produknya, sedangkan pelaku e-commerce berperan dalam penjualan ke pasar global.

Bicara memang mudah, namun untuk merealisasikan hal di atas bukanlah hal yang mudah, butuh usaha ekstra keras, kreatifitas tinggi, dan dukungan berbagai pihak yang terkait. Dan tentu saja butuh strategi terbaik agar e-commerce Indonesia dapat mendunia.

Berikut adalah 6 strategi terbaik agar E-commerce Indonesia dapat melaju ke pasar dunia

E-commerce Indonesia

Website Experience; Lokalisasi E-commerce

Semua sudah paham sisi penting website experience pada e-commerce, ibarat customer yang melihat display pada toko. Jika website experience kita bagus di dalam negeri, bukan berarti akan dianggap bagus di luar negeri. Harus ada lokalisasi konten agar sesuai dengan negara atau regional yang dituju.

Pertama dan yang terpenting adalah bahasa dalam website. Jangan asal menerjemahkan bahasa dengan translator instan. Carilah jasa penerjemah in-house atau outsourcing yang berpengalaman dan profesional untuk menerjemahkan website, profil media sosial, review produk, dan pelayanan customer service dengan baik.

Kedua, jika dimungkinkan lebih bagus kalau ada perwakilan di negara yang kita tuju. Sehingga dalam website experience akan lebih memuaskan karena ada kontak dan alamat yang diketahui pasti customer, juga komunikasi yang mudah dipahami.

Ketiga, menyesuaikan website dengan domain negara setempat. Domain negara atau yang disebut Country-code top-level domain (ccTLDs) adalah kode negara dua digit yang biasanya ada dibagian akhir situs. Contohnya .id untuk Indonesia, .in untuk India, dan .my untuk Malaysia.

Mengapa diperlukan? Karena E-commerce Indonesia tidak lepas juga dari optimalisasi search engine di masing-masing negara. Kalau kita menggunakan domain negara tertentu, maka peluang mendapatkan hasil pencarian teratas akan semakin tinggi di negara tersebut.

Metode Pembayaran yang Mudah

E-commerce Indonesia

Salah satu yang dahulu menjadi kendala dan membuat customer enggan berbelanja online adalah soal metode pembayaran. Apalagi belanja online menggunakan situs luar negeri, tentu akan dikhawatirkan soal keamanannya. Disini perlu disediakan alternatif  metode pembayaran dalam e-commerce yang sesuai dengan masing-masing negara.

Di Indonesia karena jarang yang menggunakan kartu kredit, pembayaran lewat transfer ATM dan cash on delivery (CoD) lebih populer. Untuk masuk ke pasar luar negeri harus tahu mana metode pembayaran paling favorit. Misal kartu kredit di Amerika Serikat, atau transfer operator lokal di Belanda.

Saat ini juga bermunculan jasa payment agar e-commerce kita bisa masuk ke banyak negara, provider pembayaran itu seperti Braintree, Stripe, Payoneer, dan Worldpay.

Baca : Tips Memilih Kartu Kredit Yang Pas Sesuai Kebutuhan

Unique Selling Proposition

Unique selling proposition (USP) adalah poin penting dalam membedakan produk kita dengan produk para pesaing lainnya. Semisal produk kita adalah yang pertama atau satu-satunya di salah satu jenis produk. Jika banyak pemain yang sama, produk kita harus berbeda karena punya keunikan/keunggulan dari sisi lain.

Maka e-commerce Indonesia yang memasuki pasar global tidak ideal menawarkan produk elektronik seperti gadget, karena akan berkompetisi dengan pemain besar dan juga bukan produk unik dari Indonesia.

Tidak harus barang khas dari Indonesia seperti kerajinan dll. tapi paling tidak produk itu memang yang terbaik, terkini, dan supply-nya memadai. Contohnya seperti produk baju muslimah dari hijup.com yang sukses di pasar negara-negara Timur Tengah.

Apakah harus produk Indonesia? Idealnya memang begitu, namun e-commerce bukanlah industri atau UKM yang memproduksi barang. Jadi yang terpenting adalah memperbesar peluang menjual barang, baik buatan Indonesia maupun dari luar.

Bisa jadi barang itu berasal dari luar negeri dan dijual lagi ke negara lain dengan dropship. Jadi tidak harus dikirim dari Indonesia, tapi pesanan langsung dikirim ke customer luar negeri, dari negara yang menjalin kerjasama dropship dengan kita.

Branding Situs dan Produk E-commerce

brandingportfolio
Branding via http://louhammond.com

Sebagus apapun produk yang kita miliki tidak akan ada artinya jika brand e-commerce kita tidak dikenal. Apalagi dalam e-commerce pembelian produk hanya bisa dilihat dari dunia maya, sehingga kepercayaan terhadap brand menjadi sangat penting.

Dalam membranding e-commerce kita ke luar negeri, tentu saja harus dibedakan dengan dalam negeri. Kita harus bisa membaca karakteristik regional, negara yang menjadi sasaran pasar kita.

Strategi branding biasanya diidentikan dengan periklanan di media elektronik dan cetak, dan memang bagi e-commerce dengan dana besar akan lebih cepat berhasil membranding dengan iklan. Tetapi bicara pasar luar negeri yang luas, tentu saja harus selektif dalam beriklan karena lebih banyak media iklan yang tidak efektif, efisien, dan tepat sasaran.

Bagusnya era sekarang ini ada media sosial yang bisa jadi alternatif dalam branding. Mereka akan lebih melihat dan mereview produk dan pelayanan kita lebih riil sebagai customer experience. Ditambah dengan adanya komunitas pengguna brand kita, lalu dengan jasa influencer terpercaya, tidak mustahil e-commerce bisa menembus pasar dunia.

Menyesuaikan Preferensi Produk

Preferensi dan penilaian terhadap produk akan berbeda-beda pada tiap komunitas masyarakat. Satu negara beda provinsi saja akan berbeda jauh, terlebih lagi jika untuk luar negeri. Maka kita harus melakukan riset untuk mengetahui perkembangan pasar dunia, regional, dan negara-negara di dalamnya.

Tidak relevan jika menawarkan produk semisal baju muslimah di negara yang hampir tak ada penduduk muslimnya. Atau menawarkan satu jenis barang yang di negara tersebut sudah melimpah barang itu, tanpa melakukan diferensiasi.

Jika furniture di Indonesia yang paling laris terbuat dari besi, maka di negeri tertentu furniture dari kayu lebih banyak diminati. Karena itu pilihlah produk yang paling sesuai dengan selera masyarakat tertentu dan di rentang waktu tertentu. Bisa jadi berganti waktu selera customer akan berubah mengikut perkembangan zaman.

Supply Chain yang Bagus

supplychain
suplay chain via http://carlsonschool.umn.edu

Customer experience bukan hanya dari bagusnya produk, website dan pelayanannya, tapi juga soal bagaimana produk itu sampai ke tangan customer. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan agar supply chain menjadi lebih baik.

Pertama payment, bukan hanya bagaimana membayar produk, atau soal biaya transportasi, tapi juga bagaimana kita bisa memberikan pilihan yang sesuai dengan keinginan customer. Perbedaan pilihan itu akan mempengaruhi biaya, yang sudah mengcover import duty and taxes.

Kedua regulatory, disini kita harus memberikan advice kepada customer tentang peraturan apa yang perlu diketahui pembeli sebelum memutuskan untuk membeli produk kita. Tujuannya agar terhindar dari komplain customer pasca transaksi. 

Regulatory contohnya seperti adanya pembatasan dan standariasasi dalam import. Indonesia dan Amerika contohnya ada peraturan yang membatasi import pakaian, atau Singapura ada peraturan tentang import buku. Masing-masing negara juga ada semacam SNI yang bertujuan melindungi kepentingan dan keamanan konsumen.

Ketiga fulfillment, ini adalah pokok dari supply chain mulai dari menerima pesanan sampai dengan barang ke tangan customer. Agar fulfillment semakin baik dalam pasar global kita harus tahu cara mendesain dan bekerja sama dengan provider fulfillment, lalu bisa memberikan alternatif pilihan untuk menjaga kepuasan customer.

Mengikuti perkembangan tren fulfillment sekarang ini, berkembang yang namanya e-fulfillment. Ada juga layanan Popstation yang berupa kios/loket yang aman sebagai tempat pengambilan barang dengan waktu yang dikehendaki sendiri oleh customer.

Author deyanel

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Loading…

0