in

Apa Itu 5G, Indonesia Harus Menunggu Sampai Kapan?

Apa itu 5G

Apa itu 5G? Bagaimana cara kerja 5G?  Sebenarnya sudah hampir dua tahun 5G dirilis, tapi penggunaannya masih terbatas di negara tertentu. Seperti teknologi lainnya, 5G juga butuh waktu untuk uji coba dan penyesuaian, hingga akhirnya bisa digunakan secara luas.

Dilansir dari cnet.com, uji coba kecepatan jaringan 5G telah dilakukan di beberapa kota di dunia. Dari Chicago, London, Sydney, sampai ke Seoul. Hasilya adalah kombinasi antara kecepatan super tapi dengan jangkauan terbatas.

Perusahaan Samsung dari Korea juga meluncurkan Samsung Galaxy S10 5G sebagai smartphone 5G generasi pertama dengan kecepatan yang mengagumkan.

Tapi yang tinggal di Indonesia jangan dulu membeli smartphone 5G karena masih ada masalah kompatibilitas dan masalah lainnya.

Lantas kapan orang Indonesia bisa menikmati jaringan 5G?

Sebelum itu, ada beberapa pertanyaan seputar 5G yang perlu anda pahami. Seperti: Apa itu 5G? Bagaimana cara kerja 5G? Apa keuntungan lain dari menggunakan jaringan 5G? Apakah 5G mahal dan beresiko?

Baca jugaSudah Diluncurkan, Seberapa Cepat Jaringan 5G di China?

Apa itu 5G?

5G adalah generasi kelima (5th Generation) dari teknologi seluler yang tentu saja lebih cepat dan lebih responsif dari teknologi sebelumnya. Internet provider seperti Verizon dan AT&T bahkan menunjukkan kecepatan melebihi 1 gigabit per detik.

Itu berarti 10 hingga 100 kali lebih cepat dari koneksi seluler biasa, bahkan lebih cepat dari koneksi internet kabel yang dipasang di rumah.

Tapi kecepatan itu juga tergantung dari wilayahnya. Contoh koneksi internet di Jepang lebih cepat dibanding di Indonesia meski sama-sama menggunakan jaringan 4G.

Apa kelebihan 5G lainnya?

Tapi 5G bukan hanya soal kecepatan, kelebihan penting lainnya adalah “low latency”. Latency adalah waktu respon antara saat anda mengklik link atau mulai streaming video, hingga saat jaringan internet meresponnya dengan memuat website atau memainkan video yang diminta.

Kebanyakan orang sering menyebut latency sebagai “waktu loading”, sebenarnya istilah ini kurang tepat, tapi memang lebih mudah dipahami.

Waktu respon yang dibutuhkan bisa sekitar 20 milidetik atau lebih lama, tergantung jenis jaringan. Terlihat kecil memang, tapi dengan 5G, waktu responnya bisa jadi hanya 1 milidetik.

Waku respon adalah hal besar bagi orang yang memainkan video game menggunakan virtual reality, atau bagi orang-orang yang melakukan panggilan video conference. Dengan 5G, komunikasi jarak jauh menggunakan internet bisa jadi seperti komunikasi real time.

Apakah 5G lebih mahal?

5G pasti lebih mahal dibading 3G dan 4G, tapi tergantung internet providernya. Di luar negeri, Verizon menarik biaya ekstra $10 atau lebih per bulannya dari pelanggan 5G pascabayar.

Kalau di Indonesia, anda bisa membandngkan sendiri perbedaan harga kuota internet dari XL, Telkomsel, atau dari provider lainnya.

Kalau anda masih menggunakan smartphone 4G, berarti anda harus melakukan upgrade atau membeli smartphone baru yang mendukung 5G. Artinya anda harus mengeluarkan biaya lebih banyak untuk bisa menikmati jaringan 5G.

Penyebarluasan penggunaan 5G memang terhambat karena adanya pandemi corona, tapi 5G tidak akan menjad ekslusif selamanya. Hanya masalah waktu sampai jaringan 5G berharga murah bisa dinikmati di Indonesia.

Bagaimana cara kerja 5G?

5G pada dasarnya menggunakan spektrum dengan frekuensi super tinggi (super high-frequency spectrum) yang memiliki jangkauan lebih pendek tapi kapasitas lebih tinggi untuk mengirim akses online.

Tapi karena ada masalah jangkauan dan gangguan, maka perusahaan penyedia internet (internet provider) juga menggunakan spektrum dengan frekuensi lebih rendah (lower-frequency spectrum) supaya jaringan 5G bisa mencapai jarak lebih jauh dan menembus dinding penghalang.

Intinya, semakin rendah frekuensi spektrum yang digunakan, maka semakin jauh jangkauannya, tapi kecepatannya akan semakin berkurang.

Karena itulah kecepatan jaringan 5G bisa beragam tergantung pada spektrum yang digunakan oleh providernya.

Contoh provider Sprint di luar negeri, yang pernah mengklaim memiliki jaringan 5G terbesar karena menggunakan spectrum 2.5 gigahertz band. Tapi hal itu sekarang berubah.

Perusahaan internet provider di manapun pasti memikirkan keuntungan. Mereka memilih menggunakan spektrum berfrekuensi lebih rendah supaya bisa menjangkau area lebih luas, walaupun akibatnya kecepatan internet yang dihasilkan jadi lebih lambat.

Tapi bagaimanapun juga, jaringan internet 5G tetap lebih cepat dan lebih responsif dibandingkan dengan 4G LTE.

Kapan 5G pertama diluncurkan?

Antara akhir tahun 2018 sampai pertengahan tahun 2019 beberapa perusahaan internet provider saling mengklaim sebagai perusahaan pertama yang meluncurkan 5G.

Seperti Verizon dan AT&T yang meluncurkan mobile 5G, kemudian ada KT yang menyebut bahwa robot di Korea Selatan adalah kustomer 5G pertama. Disusul oleh perusahaan EE yang meluncurkan 5G pertama di Inggris.

Meski begitu, sampai sekarang jaringan internet 5G masih digunakan terbatas oleh pelaku bisnis di negara tertentu, dan kecepatan internetnya juga belum secepat yang diharapkan. Sedangkan di Indonesia, kita masih harus menunggu lama sampai bisa menikmati internet 5G.

Di masa pandemi corona seperti sekarang, perusahaan internet provider adalah pihak yang sangat diuntungkan.

Tapi tetap saja, untuk bisa leluasa mengembangkan jaringan 5G, mereka harus menunggu sampai pandemi corona berakhir atau sampai gaya hidup ‘new normal’ diterapkan.

Apakah 5G menyebabkan masalah kesehatan?

Sudah sejak lama muncul perdebatan tentang sinyal seluler menyebabkan penyakit kanker. Tapi sampai sekarang belum banyak penelitian yang membuktikan kaitan antara sinyal seluler dengan resiko kesehatan.

Memang ada yang khawatir 5G akan menimbulkan masalah kesehatan lebih besar dibandingkan dengan 4G, karena sebagian jaringan 5G menggunakan super-high frequencies.

Tapi peneliti menjelaskan bahwa frekuensi tersebut masih di batas aman dan tidak akan menimbulkan radiasi yang bisa merusak sel tubuh manusia.

Di video YouTube dan beberapa artikel bahkan muncul teori konspirasi yang menyebut bahwa super-high frequencies yang digunakan pada jaringan 5G berkontribusi atau bahkan menyebabkan munculnya virus covid-19.

Tentu saja, banyak peneliti dan dokter yang menyebut bahwa teori tersebut tidak benar. Meski penyebab munculnya virus corona masih belum diketahui, tapi kita bisa yakin bahwa jaringan 5G tidak ada hubungannya dengan kemunculan virus corona.

Penutup:

Jaringan internet 5G memang sudah hampir dua tahun diriis, tapi kita yang tinggal di Indonesia masih harus sabar menunggu.

Kita berdoa saja supaya pandemi corona ini segera berakhir, supaya kita bisa kembali menjalani hidup dengan normal dan bisa secepatnya menikmati jaringan internet 5G.

Author Reha Wijaya

Hobi fotografi, tapi sehari-hari menghabiskan waktu di depan komputer.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Loading…

0