in ,

Prestasi Anak Pati, Bahan Baku Badan Pesawat Dari Kulit Singkong

Kulit Singkong – Ada hal yang banyak warga Negara Indonesia tidak mengetahuinya, yaitu potensi sumber daya manusia dan sumber daya alamnya yang baik dan memiliki manfaat lebih. Orang-orang Indonesia, utamanya remaja banyak yang memiliki potensi untuk mengubah negara ke arah yang lebih baik. Namun dengan fasilitas negara yang kurang memadai dan juga tidak tanggap dalam menyikapi bakat anak Indonesia justru membuat manusia-manusia hebat negara direbut oleh negara luar. Begitu pula dengan sumber daya alam yang sama nasibnya.

Remaja-remaja asal Kayen, Kabupaten Pati, Jawa Tengah membuat kreasi yang luar biasa. Dua remaja berhasil memanfaatkan bahan yang sebelumnya tidak memiliki nilai guna sekalipun menjadi sesuatu yang membanggakan. Bagaimana tidak, dengan kulit singkong mereka menciptakan bahan baku dari badan pesawat.

Bapak Suroto yang merupakan Kepala Sekolah kedua remaja dari SMA PGRI 2 Kayen ini mengungkapkan bahwa temuan yang kedua siswanya ini tidak didapatkan dengan mudah. Dalam proses penemuannya yang luar biasa, mereka membutuhkan diskusi yang panjang dan juga membaca banyak hal dari berbagai referensi.

Riset Kulit Singkong Oleh Suprihatin dan Rafi Jaya Sutrisna

Kedua remaja tersebut bernama Suprihatin dan Rafi Jaya Sutrisna. Mereka mengaku mendapatkan ide dari banyaknya kulit singkong tak terpakai. Yang dibuang oleh warga setelah buahnya mereka olah menjadi bahan pembuatan tepung. Bahkan limbah kulit singkong di Kabupaten Pati mencatat 10 ton tiap bulannya, limbah tersebut kian hari kian menumpuk dan tidak ada yang mengolahnya.

1
Serat Kulit Pisang dan Kulit Singkong via http://www.doulospusat.org

Hal tersebutlah yang merupakan salah satu latar belakang mereka untuk melakukan penelitian tentang kulit singkong. Dan setelah melalui berbagai penelitian dan uji coba, mereka kemudian mendapatkan informasi bahwa kulit singkong ternyata mengandung serat yang cukup baik sebagai bahan komposit.

Setelah melalui proses selama satu tahun, akhirnya mereka berhasil menciptakan komposit yang tidak hanya terbuat dari kulit singkong, tetapi juga dari serat kulit pisang. Mereka menambahkan serat kulit pisang karena setelah membaca banya buku.

Ternyata pelepah pohon pisang masih jarang dimanfaatkan untuk industri selain sebagai bahan baku pembuatan uang kertas. Kulit pisang tersebut mereka kumpulkan dan diambil seratnya satu per satu dan setelah itu mereka potong sekitar dua milimeter.

Suprihatin yang merupakan salah satu remaja penemu komposit bahan yang digunakan selain kulit singkong dan serat kulit pisang adalah cairan H2SO4, aquades, paselin, resin dan juga katalis. Setelah diroses melaui pemanasan dengan suhu 300 derajat, maka akan menghasilkan komposit.

Komposit Yang Tahan Korosi

Remaja-remaja kreatif ini mencoba menggabungkan kulit singkong yang sudah dibuat karbon aktif dengan serat batang pisang. Hal tersebut dilakukan agar komposit atau bahan gabungan yang mereka ciptakan lebih tahan terhadap korosi. Kemudian dengan menggunakan bahan kimia resin. Ternyata gabungan antara karbon aktif dari kulit singkong, serat pohon pisang dan juga katalis mampu menaikkan kuat tekanan.

Komposit yang kedua remaja ini ciptakan dengan menggabungkan dua persenyawaan bahan baku ternyata dapat berperan sebagai pengganti besi pada pesawat ataupun industri otomotif. Bahkan hasil temuan mengatakan bahwa komoposit ini lebih kuat daripada besi. Apalagi komposit ini diklaim massanya lebih efisien, ringan, lebih awet dan juga tahan daripada besi. Sehingga bahan komposit ini dapat digunakan untuk industri secara luas.

Proses pembuatan

lapsus-singkong-pesawat2-E
Riset Bahan Pembuat Badan Pesawat via http://www.koranmuria.com
  1. Kulit singkong dijadikan karbon aktif dengan cara dikupas dan dicuci
  2. Setelah dikupas dan dicuci, kulit singkong dijemur di bawah sinar matahari
  3. Setelah itu, kulit singkong dikeringkan di bawah suhu 300 derajat celcius selama 1 jam
  4. Kulit singkong dimasukkan ke dalam oven selama 1 jam dengan suhu 100 derajat celcius
  5. Setelah menjadi karbon, kulit pisang direndam selama 2 jam dengan menggunakan H2SO4 10 persen dan dicuci dengan aquades hingga ph menjadi konstan
  6. Serat kulit pisang sebanyak 7,5 persen, serbuk karbon aktif 2,5 persen, resin 89 persen dan katalis 1 persen dicampur, diaduk dan dicetak
  7. Setelah itu, bahan campuran yang telah dicetak dijemur di bawah sinar matahari selama beberapa hari

Kendala Dalam Riset

Meskipun para remaja kreatif penemu komposit dari kulit singkong ini telah mendapatkan hasil dari penelitiannya, namun dalam prosesnya tetap ada kendala yang mereka lalui. Salah satu kendala yang mereka hadapi adalah masalah fasilitas peralatan pemanas.

Dalam pembuatan ide jeniusnya tersebut, kedua remaja ini meminjam pemanas dari SMK Negeri 2 Pati. Dan karena keterbatasan alat yang diperlukan, terkadang remaja-remaja ini harus bekerjasama dengan universitas-universitas yang tidak jauh dari sekolahnya.

Selama satu tahun meneliti pula, Rafi mengungkapkan bahwa dalam prosesnya mereka mengalami tiga kali kegagalan. Hal tersebut terjadi karena pada percetakan komposit terdapat void (rongga udara atau lubang. Karena itulah mereka terpaksa mengulangi produknya kembali hingga menjadikan bentuk yang sempurna, yaitu menanggulaangi lubang dengan membuat ikatan antar serat dan matrik semakin menurun.

Penghargaan Yang Berhasil Diraih

Meskipun terdapat kendala yang lumayan menyulitkan mereka dalam pengerjaannya itu, tetapi mereka tetap optimis untuk melanjutkan risetnya. Hingga pada April 2016 lalu mereka berhasil mendapatkan penghargaan berupa medali emas dalam ajang IYIPO (International Inventors Project Olympiad) di Georgia.

Dari ajang tersebut mereka mengalahkan lebih dari 100 proyek ilmiah dari 35 negara di dunia seperti Amerika Serikat, Jerman, Slovakia, Bosnia, Denmark, dan beberapa negara lainnya.

pati
Penghargaan Medali Emas di International Inventors Project Olympiad di Georgia via http://manteb.com
2189x1459_0_0_2189_1459_3302f546a640ef21d4b90632fec328b17a7c6cbc
Apresiasi dari Bosch In Indonesia Untuk Suprihatin dan Rafi Jaya Sutrisna via https://beritagar.id

Selain itu, ternyata hasil penemuan dari Suprihatin dan Rafi ini memunculkan ketertarikan dari perusahaan penyedia layanan dan teknologi, Bosch in Indonesia. Ralf Von Baer sebagai Managing Director dari Bosch in Indonesia terkesan dengan kreatifitas remaja Indonesia ini. Yang berhasil menciptakan hal yang dapat mendukung perubahan dalam industri bidang otomotif.

Karena itu Baer mengapresiasi remaja-remaja ini. Dengan menfasilitasi mereka untuk melakukan studi banding ke kantor pusat dan sentra riset serta pengembangan Bosch in Indonesia.

Remaja-remaja kreatif penemu komposit ini berharap agar ke depannya pemerintah dapat memberikan dukungan fasilitas agar temuan mereka dapat dilanjutkan sehingga menjadi produk yang berguna bagi masyarakat luas. Karena jika berhasil dipublikasikan, maka Indonesia bisa menjadi produsen pembuatan komposit dari serat alam sehingga dapat mengurangi penggunaan fiber glass.

Demikian yang dapat penulis sampaikan tentang komposit dari kulit pisang yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan badan pesawat. Semoga bermanfaat dan dapat menginspirasi pembaca. Utamanya remaja-remaja Indonesia yang cenderung terlena akan kemajuan teknologi yang dapat menumbuhkan sugesti malas pada otaknya. Indonesia butuh orang-orang kreatif dan insiratif, bukan orang-orang konsumtif terhadap perkembangan zaman.

Author ArifaNida

"Menulislah, karena tanpa menulis engkau akan hilang dari pusaran sejarah." -Pramoedya Ananta Toer-
Email: [email protected]
IG: @arifa_nida

Komentar

Tulis Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Loading…

0