Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah memberikan dukungannya terhadap Gerakan Nasional 1000 Startup yang digagas oleh KIBAR. Seperti yang sudah kita ketahui bersama, saat ini bisnis startup memang sedang menjadi tren.
Namun, gagasan KIBAR terkait Gerakan Nasional 1000 Startup mendapatkan kritikan dari Danny Oei Wirianto selaku CMO GDP Venture. Menurut Danny, gerakan tersebut tidak efisien dalam mengembangkan ekosistem digital dan dianggap sebagai program yang hanya menghasilkan startup-startup latah.
Baca juga: Sedang Dicari! Startup Indonesia yang Tidak Bakar Duit
Gerakan 1000 Startup Itu Nggak Guna?
Dalam acara “Selular Telco Outlook 2020” yang digelar hari ini (02/12/19), Danny secara terang-terangan menentang program 1000 startup tersebut. Tentangan yang dilontarkan oleh Danny berdasarkan keraguannya akan efisiensi program tersebut.
“Saya menentang program 1000 startup karena latah semua mau bikin startup baru. Ngapain ciptain baru kalo sampah juga,” ujar Danny seperti yang dikutip dari Telset.
Meski menentang, Danny tetap memberikan solusi. Dan solusi yang ditawarkannya adalah pemerintah harus fokus pada startup yang ada yang memiliki prospek ke depan. Dengan fokus pada startup yang ada, maka peluang untuk meraih keberhasilan akan jauh lebih besar.
“Menciptakan lebih gampang daripada ngembangin,” tambah Danny.
Baca juga: Tak Terbendung, Jumlah Unicorn China Lampaui AS
Startup di Indonesia Terlalu Banyak
Indonesia adalah salah satu negara penghasil startup terbanyak di dunia. Berdasarkan data dari Startup Ranking, jumlah startup di Indonesia saat ini mencapai 2,164 startup. Di data Startup Ranking, Indonesia berhasil masuk ke dalam 5 besar di bawah AS, India, Inggris Raya, dan juga Kanada.
Namun seperti yang sudah disebutkan pada pembahasan sebelumnya juga, banyaknya startup bukanlah hal yang patut dibanggakan karena akan sangat percuma jika ada banyak startup, namun negara yang bersangkutan ternyata justru tidak ramah untuk bisnis startup.
Saking banyaknya startup yang ada di Indonesia, Danny Oei Wirianto menganalogikannya seperti cara kerja Samsung dan juga Apple.
“Kita ini latah startup. Samsung sering ciptakan teknologi baru, sedangkan Apple cuma ciptakan satu biji tapi perfect. Ngapain bikin 1000 startup, tapi sisanya jadi sampah. Mending satu terus dikasih insentif, karena membuat itu gampang, mengelolanya yang susah,” ucap Danny seperti yang dikutip dari CNBC Indonesia.
Baca juga: Ini Negara dengan Jumlah Startup Terbanyak di Tahun 2019
Jika dipikir secara mendalam, apa yang disampaikan Danny Oei Wirianto memang benar. Lebih baik pemerintah fokus saja pada satu startup yang memiliki prospek ke depan. Dengan fokus pada satu startup, maka peluang untuk meraih pendanaan akan lebih mudah yang pada akhirnya bisa mengantarkan startup meraih jalan kesuksesan.
Adapun jika menilik situs 1000startupdigital.id, sampai saat ini program 1000 startup sudah dilaksanakan di 10 kota dengan 300 lebih mentor dari berbagai bidang, dan 40 ribu lebih peserta terdaftar dari 2016.
Pemerintah sendiri mendukung gerakan 1000 startup bukan tanpa alasan. Pemerintah ingin menjadikan Indonesia sebagai The Digital Energy of Asia di tahun 2020 dengan mencetak 1000 startup yang bisa menjadi solusi atas berbagai masalah yang ada dengan memanfaatkan teknologi digital.
Baca juga: Daftar Negara Paling Ramah Startup di Tahun 2019
Komentar
Loading…