Leo Setiawan
Menyimpan jejak digital di era seperti sekarang ini, bukanlah sesuatu yang sulit dan bisa dilakukan oleh semua orang.
Jejak digital harus dijaga dengan baik, karena apabila tidak dijaga, jejak digital dapat merusak reputasi, meninggalkan citra negatif, hingga mengancam karir seseorang atau PHK.
Gregory Gopman: Si Korban Jejak Digital
Gregory Gopman adalah salah satu pengguna internet yang tidak bisa menjaga jejak digitalnya dengan baik, di mana pada tahun 2013, ia menghina orang-orang yang hidup di jalanan.
Saya telah berkeliling dunia dan saya harus mengatakan tidak ada yang lebih mengerikan daripada berjalan di San Francisco.
Mengapa jantung kota kita harus dikuasai oleh orang gila, tunawisma, pengedar narkoba, putus sekolah, dan sampah.
Gara-gara status Facebooknya tersebut, Greg Gopman akhirnya harus dipecat dari jabatannya sebagai manajer bisnis virtual reality Twitter.
Gopman kurang lebih bekerja selama 2 hari saja di Twitter, di mana ia masuk pada tanggal 18 Oktober 2016, kemudian dipecat pada 20 Oktober 2016.
Sungguh miris bukan?
Cara Menyimpan Jejak Digital
Kasus Greg Gopman, tentu menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi setiap orang agar lebih berhati-hati ketika menggunakan internet, khususnya ketika menggunakan media sosial.
Sekarang, kita tinggalkan Greg Gopman dan mulai membahas bagaimana caranya menyimpan jejak digital.
Bagaimana caranya?
Berikut ini cara-cara yang bisa Anda lakukan:
1. Screenshot
Cara pertama, sekaligus cara paling mudah untuk menyimpan jejak digital adalah dengan membuat screenshot.
Misal, ada seseorang yang mengumpat dengan kata-kata kasar atau membuat berita hoaks di akun media sosial, maka Anda bisa segera membuat screenshot untuk merekam tulisannya.
Setelah itu, Anda bisa melakukan tindakan, seperti melapor ke pihak yang berwajib tanpa harus kehilangan barang bukti.
Kebanyakan orang, terkadang sering menulis kata-kata yang tidak pantas di akun media sosialnya. Kemudian, dengan mudahnya mereka menghapus tulisan tersebut ketika ada reaksi di lingkungan sekitar.
Padahal, penghapusan status atau tweet tidak akan menyelesaikan masalah, karena semua orang bisa membuat screenshot dengan mudah dari status atau tweet yang baru saja dibuat.
2. Menggunakan Wayback Machine
Selain digunakan untuk memeriksa riwayat domain, Wayback Machine juga bisa digunakan untuk menyimpan jejak digital.
Bagaimana caranya?
Berikut ini cara menggunakan Wayback Machine:
1. Cari situs yang ingin disimpan, kemudian buka Wayback Machine.
Contoh:
2. Pastikan Anda menyimpan link dari tweet di atas.
3. Kemudian buka Wayback Machine, dan paste link di Save Page Now.
Lihat:
4. Klik Save Page, maka Wayback Machine akan melakukan penyimpanan.
Lihat:
5. Proses sudah selesai, dan pastikan Anda menyimpan link tweet di atas.
Bagaimana jika tweet dihapus?
Semua situs atau link yang sudah direkam di Wayback Machine akan tetap bisa diakses, meskipun situs atau link sengaja dihapus.
Lantas, bagaimana cara membukanya?
Cukup mudah, di mana Anda hanya perlu menempelkan link yang sudah Anda simpan di Browse History Wayback Machine.
Lihat:
Setelah itu akan muncul bulatan berwarna biru, silakan Anda klik dan situs atau tweet yang Anda simpan di Wayback Machine akan keluar.
Lihat:
Kesimpulan
Direktur Electronic Privacy Information Center, Marc Rotenberg pernah mengatakan pada The Times, bahwa jejak digital sangat menakutkan daripada yang diduga.
Marc Rotenberg mengatakan demikian, karena jejak digital dapat mendeskripsikan seseorang, merekam preferensi, harapan, kekhawatiran, hingga ketakutan dari para pengguna internet.
Baca: Selalu Tahu, Bagaimana Cara Google Melacak Data Penggunanya?
Jadi, itulah pembahasan seputar jejak digital yang diharapkan mampu membuka kesadaran pengguna internet, khususnya pengguna internet Indonesia yang sedikit abai akan hal tersebut.
Komentar
Loading…