in

Monetisasi Platform, TikTok Uji Coba Fitur Belanja Online

tiktok belanja
ADWEEK

Sebagai media sosial asal China yang jumlah penggunanya sudah mencapai miliaran di seluruh dunia, TikTok terus berusaha menghadirkan berbagai macam fitur baru yang bisa membuat para penggunanya betah berlama-lama ketika mengakses platform mereka.

Dengan jumlah pengguna yang begitu banyak, pihak TikTok sadar akan banyak keuntungan yang bisa mereka dapatkan, salah satunya adalah keuntungan dari segi komersial. Dan hal yang demikian itu, tentu sudah disadari oleh pihak TikTok.

Baca juga: Menang Telak, TikTok Jadi Media Sosial Terlaris di Dunia

TikTok Uji Coba Fitur Belanja

Seperti yang Anda lihat dalam contoh di atas, tidak hanya profil untuk “Huxley the Panda Puppy” yang memiliki tautan ke “www.pandaloon.com/pets” di bio-nya, tetapi ada juga tautan yang dapat disentuh ke Kostum Pandaloon di video.

Anda bisa mengetuk ikon keranjang belanja yang berwarna kuning, setelah itu Anda akan dibawa ke halaman Amazon untuk membeli produk yang ada pada video. Uji coba ini sendiri dilakukan secara terbatas oleh pihak TikTok.

TikTok telah mengkonfirmasi kepada AdWeek bahwa mereka sedang menguji fitur belanja melalui kedua opsi ini, yaitu opsi penambahan tautan ke bio dan postingan para pengguna. Namun, pihak TikTok mengatakan jika belum ada rencana yang solid untuk meluncurkannya secara resmi.

Baca juga: Ancam Keamanan Negara, Apakah TikTok Akan Diblokir?

Fitur yang Diuji Coba Akan Untungkan Pengguna

Jika TikTok menambahkan fitur belanja pada platformnya, tentu hal tersebut akan membuka banyak peluang bagi para kreator. Jika fitur belanja ini benar-benar diluncurkan oleh media sosial besutan ByteDance tersebut, maka bisa saja kepopuleran TikTok akan semakin meningkat.

Jika berbicara tentang masalah monetisasi, maka masalah tersebut adalah masalah yang serius. Bukan hanya untuk para kreatornya saja, namun juga untuk media sosialnya (platform) yang digunakan karena ketika monetisasi tidak ada, peluang untuk berhenti beroperasi amat sangat terbuka.

Kurangnya peluang monetisasi juga merupakan salah satu faktor utama yang membunuh Vine. Hasilnya, para kreator Vine yang sudah memiliki nama berbondong-bondong pindah ke platform lain yang kemudian justru meraih kesuksesan dan pendapatan melimpah melalui platform pindahan tersebut.

Baca juga: ByteDance Selaku Induk TikTok Luncurkan Smartphone Pertamanya

Jadi kita lihat saja, apakah media sosial yang memiliki jumlah pengguna lebih dari satu miliar itu akan benar-benar meluncurkan fitur untuk memonetisasi platformnya atau justru hanya akan menjadi wacana saja.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Loading…

0