in

Saat Sentuhan Teknologi Menciptakan Keadilan di Olahraga

sentuhan teknologi

Kenapa harus ditolak jika sentuhan teknologi bisa mengungkap banyak kebenaran dan membuat banyak hal jadi lebih baik?. Yap, perkembangan teknologi dewasa ini sudah sangat memengaruhi berbagai sendi kehidupan. Tak terkecuali di bidang olahraga.

Dalam sepak bola misalnya, meski baru diterapkan di turnamen besar seperti Piala Dunia, Piala Eropa, dan kompetisi liga papan atas dunia. Namun goal line technology yang resmi pertama kali digunakan FIFA. Pada Piala Dunia Antarklub 2012 terbukti sudah cukup membantu wasit dalam mengambil keputusan.

Sebelum FIFA menggunakan teknologi ini, seringkali muncul keputusan kontroversial ketika wasit dihadapkan pada momen sulit. Saat harus menentukan apakah bola sudah melewati garis gawang atau belum. Karena amat sukar dianalisis secara kasat mata saat itu juga.

Foto via Google Image.
Foto via Google Image.

Salah satu peristiwa yang membuat FIFA mulai tergugah untuk memanfaatkan sentuhan teknologi. Ketika wasit Jorge Larrionda (Uruguay) tidak mengesahkan gol Frank Lampard ke gawang Manuel Neuer. Saat kedudukan sementara 2-1 untuk keunggulan Jerman di babak 16 besar Piala Dunia 2010.

Meski dalam tayangan ulang jelas terlihat jika bola sepakan Lampard sudah masuk ke gawang dan memantul keluar, namun pandangan wasit dan kedua asistennya yang terbatas membuat Inggris harus gigit jari. Padahal jika teknologi garis gawang saat itu sudah diterapkan, bukan tak mungkin hasil akhir pertandingan akan berbeda. Skor akhir laga tersebut sendiri adalah 4-1 untuk kemenangan Jerman.

Tidak disahkannya gol Lampard itu, sebenarnya hanya satu dari banyak kasus kontroversial yang terjadi di dunia olahraga ketika sentuhan teknologi tak dilibatkan. Di cabang olahraga lain juga sering muncul kejadian-kejadian kontroversial saat sebuah keputusan murni diambil oleh wasit atau secara manual dan konvensional.

Sentuhan Teknologi Membuat Bola Basket Jadi Olahraga Demokratis

sentuhan teknologi
Foto via Google Image.

Belakangan dan bahkan jauh hari sebelum sepak bola lebih membuka diri pada perkembangan teknologi. Sejumlah cabang olahraga sudah lebih dulu memanfaatkan teknologi. Seperti bola basket, khususnya di kompetisi NBA yang merupakan liga bola basket paling mewah di dunia.

Salah satu teknologi yang kerap dimanfaatkan dalam NBA adalah kamera. Dengan menggunakan kamera dari berbagai sudut memungkinkan semua kejadian terekam sebagai bahan acuan buat wasit dalam mengambil keputusan.

So, jangan heran setiap Anda menyaksikan pertandingan basket di kompetisi NBA. Wasit sering menghentikan sejenak pertandingan untuk meminta waktu melihat rekaman kejadian. Tak hanya ketika terjadi protes dari salah satu tim yang mempertanyakan, apakah bola yang ditembakan seorang pemain sudah melewati waktu yang ditetapkan yakni 24 detik atau belum. Dalam menentukan bola keluar atau pelanggaran pun wasit sering memanfaatkan rekaman video saat ragu mengambil keputusan.

Tak heran banyak yang berpendapat jika regulasi baik di dalam maupun luar lapangan yang diterapkan dalam bola basket membuat olahraga ini dianggap paling demoktratis. Dan bisa menjadi role model paling ideal dalam mendukung terciptanya sportivitas.

Menambah Keyakinan Atlet Saat Bertanding

Pemanfaatan teknologi pun diterapkan di olahraga tenis dan bulu tangkis. Kini seorang pemain bulu tangkis bisa memanfaatkan haknya menggunakan fasilitas challenge ketika merasa dirugikan oleh keputusan wasit. Lewat teknologi instant review system, keputusan wasit atau hakim garis bisa dianulir jika ternyata dalam instant review system bola yang dilepaskan masuk atau keluar.

Meski tak sedikit pula yang meragukan atau kurang setuju dengan penerapan teknologi di bidang olahraga dan penerapan teknologi juga tak dijamin akurat 100%. Namun paling tidak, pemanfaatan teknologi sejauh ini terbukti lebih diterima. Terutama para atlet yang bertanding karena dinilai lebih menciptakan keadilan yang sejatinya memang ada di dunia olahraga.

“Manfaat penerapan teknologi ini adalah untuk menambah keyakinan para pemain bahwa mereka bisa mendapat perlakuan yang adil dari wasit,”  kata mantan Deputi Presiden BWF Paisan Rangsikitpho.**

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Loading…

0