in

Strategi Bisnis StartUp, Pelajaran Penting Inovasi Bisnis di Era Digital

Strategi Bisnis StartUp Indonesia

Strategi Bisnis Startup Sukses Indonesia – Para generasi milenial pasti sudah tidak asing dengan namanya perusahaan perintis atau dikenal dengan nama startup. Di Indonesia saja sudah tidak bisa dihitung dengan jari jumlah startup yang ada saat ini.

Mulai dari Marketplace semacam Bukalapak, Tokopedia dan Shoppee sampai layanan transportasi berbasis online seperti Go-Jek dan Uber.

Seseorang seringkali dibuat penasaran bagaimana startup-startup sukses itu bisa tumbuh pesat di era digital seperti sekarang dan bagaimana cara mereka menghasilkan pundi-pundi rupiahnya.

  • Darimana Marketplace dapat uang, padahal disana kita bisa leluasa pasang, simpan dan menjual produk secara GRATIS?
  • Darimana Uber dapat uang, padahal mereka tidak memotong tarif yang dibayarkan penumpang?
  • Darimana Dropbox dapat uang, padahal mereka selalu menggratiskan layanan penyimpanan onlinenya?
  • Darimana Facebook dapat uang, padahal kita setiap hari menggunakannya secara GRATIS?

Selidik punya selidik….

Ternyata ada banyak hal yang belum saya tahu, mungkin juga Anda, sehingga kita perlu mencari tahu bersama-sama, supaya jadi pelajaran berharga untuk kita semua.

Mengintip Strategi Bisnis StartUp Sukses

Strategi Bisnis StartUp

Berikut adalah sekelumit catatan-catatan penting yang berhasil saya kumpulkan tentang model bisnis mereka dan bagaimana cara mereka menghasilkan uang secara terus-terusan.

Silahkan Anda simak penjelasan lengkapnya di bawah ini

Berlangganan

Model berlangganan bertujuan untuk mengikat pelanggan dalam periode waktu tertentu, entah bulanan atau tahunan.

Contohnya adalah Netflix dan Dropbox.

Netflix adalah situs layanan video streaming secara online. Pada tahun 2015 silam, valuasi Netflix konon sudah tembus 580 triliun rupiah. GILA kan…

Jika kita masuk ke situs Netflix, akan ada beberapa pilihan yang bisa kita pilih, yaitu Basic, Standard, dan Premium. Sadar atau tidak, semua pilihan mengarahkan kita untuk berlangganan… silahkan Anda cek.

Bagaimana dengan Dropbox?

Dropbox adalah situs layanan penyimpanan data secara online, baik berupa dokumen, foto, video, maupun data yang bisa diakses kapan saja dan dimana saja tanpa perlu khawatir hilang atau rusak.

Anda boleh tidak percaya, tapi faktanya  pada tahun 2016 lalu, Dropbox berhasil menggaet kurang lebih 500 juta user dari seluruh dunia. WOW!

Disadari atau tidak, Dropbox sendiri memiliki model bisnis berlangganan. Saya pribadi sampai saat ini juga berlangganan Dropbox, karena sangat membantu dalam penyimpanan data secara online. Mungkin Anda juga sudah merasakan manfaatnya.

Apa kesamaan Netflix & Dropbox?

Selain sama-sama menggunakan model berlangganan, juga menawarkan FREE TRIAL terlebih dahulu sebelum menawarkan penggunanya berlangganan.

  • Netflix free trial 1 bulan GRATIS.
  • Dropbox free trial 2GB GRATIS.

Harapannya, ketika kita selaku pengguna merasakan manfaatnya dan suka terhadap layanannya, maka kita akan upgrade ke layanan yang berbayar dan mulai berlangganan.

Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa platform yang menggunakan model bisnis BERLANGGANAN ini, contohnya: Jurnal.id & Kirim.Email.

Jurnal(dot)id adalah layanan yang memudahkan UKM dalam melakukan pencatatan dan pembukuan. Jurnal menawarkan paket Starter, Pro, dan Entreprise untuk program berlangganannya.

Sedangkan Kirim(dot)Email menawarkan paket berlangganan berupa paket bulanan, triwulan, maupun tahunan.

Freemium

Model freemium hampir sama dengan model berlangganan, yaitu mendorong pelanggan mencoba layanan free (gratis) terlebih dahulu sebelum membeli/membayar.

Jika mereka menyukai, mereka akan mengupgrade ke layanan premium yang disediakan dengan fitur yang lebih banyak dan lebih lengkap.

Contohnya adalah HootSuite dan Mailchimp.

HootSuite adalah layanan pengelola akun sosial media secara cuma-cuma dengan jumlah akun maksimal 3. Jika ingin lebih dari 3 akun, ya harus upgrade ke premium dan Anda diwajibkan bayar

Bagaimana dengan Mailchimp?

Mailchimp adalah layanan autoresponder untuk melakukan email marketing, menyimpan database pelanggan, blast email secara rutin, dan otomatisasi marketing melalui email.

BacaCara Membuat Email Marketing yang Menarik untuk Promosi Produk

Program free trial yang ditawarkan adalah 2000 kontak dan bisa ngirim sebanyak 12.000 email per bulan. Kalau mau lebih, ya Anda harus bayar dong

Di Indonesia, adakah yang menggunakan model bisnis FREEMIUM?

Ada. Contohnya: SuperSoccer.

SuperSoccer adalah layanan TV streaming online yang menayangkan pertandingan sepak bola di dunia.

Sebelum menawarkan program langganannya, SuperSoccer memberikan penawaran FREE TRIAL terlebih dahulu untuk merasakan program siarannya. Silahkan bagi Anda penggila sepakbola mungkin mau mencobanya

Membership / keanggotaan

Model bisnis ini mengacu pada komunitas atau grup tertentu, sehingga untuk mendapatkan konten yang disediakan di grup tersebut, pelanggan mesti menjadi anggotanya terlebih dahulu.

Sekilas jika Anda perhatikan, model bisnis keanggotaan mirip-mirip dengan berlangganan.

Bedanya, model keanggotaan lebih mencerminkan keikutsertaan seseorang pada komunitas atau grup, sementara model berlangganan lebih menekankan pada biaya rutin yang harus dibayarkan setiap bulan/tahun oleh penggunanya.

Kalau keanggotaan anggotanya disebut member, kalau berlangganan penggunanya disebut subscriber.

Kebayang ya?

Jadi, fokus utamanya bukan pada uangnya, melainkan platformnya sendiri yang saling sharing minat yang sama di situs tersebut.

Contohnya: The Guardian.

Situs media online ini menerapkan model bisnis keanggotaan dengan mengenakan biaya 49 dolar pe tahun.

Di Indonesia, adakah yang menggunakan model bisnis KEANGGOTAAN?

Ada. Contohnya: Monster Affiliate.

Iklan

Model iklan ini diterapkan bila situs atau aplikasi startup telah dibanjiri pengunjung, sehingga para pengiklan tertarik memasang iklannya di mereka.

Contohnya: Facebook.

Sosial media yang telah diakses lebih dari 1 miliar orang di dunia ini menjadi contoh nyata bagaimana model bisnis iklan bisa dijalankan.

Big Data yang dimiliki Facebook bisa dimanfaatkan pengiklan seperti kita untuk menarget orang-orang secara spesifik. Akhirnya, muncullah FB Ads.

Konon, di kuartal satu tahun 2016 kemarin, pendapatan Facebook mencapai sekirar 55 triliyun rupiah.

Contoh lainnya adalah Google.

Jelas, jangan ditanyakan lagi berapa yang mengaksesnya. Hampir setiap hari kita Googling. Betul tidak? Jadi jangan tanyakan trafik Google lagi

Makanya big data yang dimiliki Google dimonetize kepada para pengiklan melalui Google Adwords (sekarang Google Ads) dan Google Display Networks yang kemudian di tampilkan lewat para Publishernya

Di Indonesia, adakah yang menggunakan model bisnis IKLAN?

Ada. Contohnya: Detik & Kaskus.

Oh ya katanya, pendapatan iklan Detik & Kaskus sudah mencapai ratusan miliar per tahun. Amazing!

Gimana, tertarik?

Sewa

Model sewa diterapkan dengan tujuan agar para penguna tidak perlu membeli dan mengeluarkan uang besar di awal, tetapi tetap bisa menggunakan produk yang ingin disewa dalam kurun waktu tertentu.

Contohnya: Airbnb

Airbnb memfasilitasi para pemilik properti untuk menyewakan kamar-kamarnya yang tidak digunakan kepada tamu.

Konon kabarnya, valuasi Airbnb mencapai 24 miliar dollar 3 tahun yang lalu. Tahun ini, tentu lebih besar.

Airbnb bukan hanya melakukan inovasi pada produk, proses, atau teknologinya, melainkan pada model bisnis yang dijalankannya.

Di Indonesia, banyak yang menggunakan model bisnis ini. Misalnya: penyewaan drone, penyewaan kamera, penyewaan LCD, dll.

Digitalisasi

Model digitalisasi adalah model mendigitalkan produk atau layanan fisik offline menuju layanan online.

Jenis produk atau layanan yang dapat didigitalisasikan sangat luas, termasuk makanan. Jadi, cara kerjanya adalah pesan online, diantar offline.

Contoh: GoFood

Dengan adanya layanan GoFood di aplikasi Go-Jek, tentu ini memudahkan kita yang memiliki sifat malas gerak alias MaGer

Lapar tinggal buka aplikasi Go-Jek, pilih GoFood, pesan makanannya. Hal ini adalah bagian dari digitalisasi produk.

Jadi, bukan berarti model digitalisasi mengharuskan produknya harus benar-benar digital. Produk fisik juga bisa.

Contoh lain yang mengikuti model digitalisasi adalah Ace Hardware. Tahun lalu, perusahaan ini mendigitalkan diri masuk ke dunia online dengan meluncurkan website ruparupa(dot)com.

Rekening Virtual

Model rekening virtual ini mendorong untuk menyimpan kredit sebanyak-banyaknya dan diisi berulang kali sehingga konsumen rutin menggunakan produk atau memesan di layanan website startup tersebut.

Misalnya: Go-Jek.

Dengan adanya GoPay, Go-Jek mendorong pengguna layanan Go-Jek untuk membiasakan diri membayar layanannya dengan cashless.

Baca juga : Sejarah Baru !! GOJEK Jadi Startup Decacorn Pertama Indonesia

Pengguna Go-Jek melakukan deposit sejumlah uang tertentu ke rekening Go-Jek dan masuk ke rekening GoPay mereka. Untuk mendorong pemakaian GoPay, Go-Jek memberikan insentif kepada pengguna dengan menawarkan DISKON 50% dari biasanya.

Contoh lain: Tokopedia & Bukalapak.

Di Tokopedia dikenal Saldo Tokopedia.

Di Bukalapak dikenal BukaDompet.

Cerdas sekali bukan ?

Kesimpulan

Jadi, apa yang bisa Anda petik dari model strategi bisnis Startup di atas ?

Silahkan Anda gali sendiri lebih dalam

Untuk mendapatkan uang tidak harus jualan. Jualan pun tidak harus dari penjual ke pembeli.

Banyak model bisnisnya. Banyak cara monetizenya.

Termasuk, produk itu tidak hanya fisik saja, digital juga ada. Jangan diremehkan…

Demikian secarik catatan saya tentang strategi bisnis model startup di era digital seperti sekarang.

Semoga bisa menjadi referensi dan wawasan baru buat Anda.

Author muhfaiz

Seorang yang hanya ingin berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan orang lain

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Loading…

0