in

Wisata Pendidikan: Destinasi Wisata Edukatif Untuk Mengenang Sejarah Pahlawan

wisata pendidikan

Wisata pendidikan sangat bagus untuk lebih digalakkan terutama bagi generasi penerus bangsa. Selain sebagai edukasi dapat juga menanamkan sifat nasionalisme. Dengan mengenal dan mengetahui sejarah pahlawan diharapkan dapat menghargai jasa-jasa perjuangan mereka.

Tempat Wisata pendidikan sejarah kemerdekaan Indonesia

Dibawah ini ada beberapa destinasi wisata edukasi yang sangat cocok untuk pelajar. Selain refresing dari kegiatan sekolah, kegiatan ini lebih mengambil beberapa hal yang lebih positif.

Gedung Joeang ‘45’

Gedung Joeang ‘45’ merupakan saksi dari berbagai peristiwa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Awalnya gedung ini adalah sebuah Schomper Hotel yang telah dibangun pada tahun 1920-1938 dan dikelola oleh L.C Schomper yang merupakan seorang yang memiliki keturunan Belanda. Kemudian saat Jepang menjajah Indonesia, hotel ini diambil alih oleh Departemen Propaganda Jepang tahun 1942 hingga tahun 1945 yang kemudian diubah namanya menjadi Gedung Menteng 31.

wisata pendidikan
Gedung joang 45 via https://id.wikipedia.org

Kemudian beberapa tokoh pemuda pada era kemerdekaan seperti Soekarni, A.M Hanafi, Chaerul Saleh dan adam malik menjadikan Gedung Menteng 31 tersebut sebagai markas program pendidikan politik. Dan pada tahun 1974, Gedung Joeang ini diresmikan sebagai museum oleh presiden Soeharto setelah direnovasi.

Lokasi Gedung Joeang ‘45’ berada di Jl. Menteng Raya No. 31, Jakarta. Ada beberapa lukisan yang menggambarkan peristiwa perjuangan hingga kemerdekaan Rakyat Indonesia. Ada pula miniatur suasana Gedung Menteng 31 pada saat kemerdekaan dan juga miniatur orasi Soekarno paada saat rapat besar tanggal 19 September 1945 di Lapangan IKADA.

Ada banyak koleksi sejarah kemerdekaan Rakyat Indonesia sebagai wisata pendidikan yang membuat pengunjung akan merasa berada pada masa kemerdekaan. Beberapa patung para tokoh pergerakan kemerdekaan dan dokumentasi foto mewarnai gedung sejarah ini. Selain itu ada pula kendaraan yang digunakan oleh Presiden Soekarno dan wakilnya.

Pada ulang tahun kemerdekaan indonesia ke-71 kemarin membuat Gedung Joeang ‘45’ kebanjiran pengunjung, terutama pencinta sejarah. Bukan pencinta sejarah pun juga akan tertarik dengan gedung ini.

Karena beberapa fasilitas seperti ruang pameran yang disertai pojok multimedia, bioskop joeang 45, perpustakaan, children room, foto studio, dan juga plaza outdoor yang membuat gedung ini memiliki daya tarik tersendiri sebagai wisata pendidikan.

Museum Kebangkitan Nasional

wisata pendidikan

Museum Kebangkitan Nasional terletak tidak jauh dari pasar senen, tepatnya di jalan Abdurrahman Saleh No.26, Jakarta Pusat. Gedung Museum Kebangkitan Nasional dibangun pada tahun 1899. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, gedung ini digunakan sebagai pendidikan Sekolah Dasar Djawa dan Sekolah Kedokteran Bumiputera. Kemudian dikenal dengan nama STOVIA (School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen) dan secara resmi dibuka pada tahun 1902.

Pada tahun 1942 hingga tahun 1945, pemerintahan Jepang menjadikan Gedung STOVIA ini sebagai tempat penampungan tawanan perang tentara-tentara Belanda. Kemudian setelah proklamasi kemerdekaan, yaitu tahun 1945 hingga tahun 1973. Gedung ini digunakan sebagai tempat hunian bagi mantan tentara KNIL Belanda beserta keluarganya yang berasal dari Ambon. Tetapi karena Gedung ini merupakan saksi peristiwa penting perjuangan Rakyat Indonesia, kemudian Gedung ini dialih fungsikan kembali seperti pada saat menjadi sekolah kedokteran bumiputera.

Pada tanggal 20 Mei 1974, presiden Soeharto meresmikan Gedung ini sebagai museum bersejarah yang diberi nama ‘Museum Kebangkitan Nasional’ dan kemudian dilanjutkan pengelolaannya oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Kemudian karena Museum Kebangkitan Nasional masih sangat kokoh dan memiliki nilai artistik di usianya yang cukup lama, maka pemerintah menetapkan gedung ini sebagai Benda Cagar Budaya.

Ketika masuk ke dalam museum, pengunjung akan dimanjakan dengan berbagai koleksinya. Ada 2042 koleksi yang diantaranya adalah bangunan, mebel, jam dinding, gantungan lonceng, perlengkapan kesehatan, pakaian, senjata, dokumentasi foto, lukisan, patung, peta dan juga miniatur-miniatur. Setelah peresmiannya, Museum Kebangkitan Nasional dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata pendidikan pada hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia.

Museum Perumusan Naskah Proklamasi

wisata pendidikan

Gedung Perumusan Naskah Proklamasi didirikan pada tahun 1920 dengan gaya arsitektur Eropa. Gedung ini memiliki tanah dengan luas sebesar 3914 meter persegi dan juga luas bangunan 1138 meter persegi. Di dalam Gedung ini terdapat beberapa koleksi yang dapat membuat pengunjung merasa berada di masa lalu. Seperti mebel kuno dan juga beberapa aksesoris yang menggambarkan suasana yang serupa dengan peristiwa perumusan naskah proklamasi.

Awalnya pemilik Gedung ini adalah perusahaan asuransi, yaitu PT Asuransi Jiwasraya. Tetapi kemudian pada September 1945, gedung ini menjadi kediaman bagi Kepala Kantor Penghubung antara Angkatan Laut dengan Angkatan Darat yaitu Laksamana Muda Tadashi Maeda. Prof. Nugroho Notosusanto. Yang menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 24 Nopember 1992 menjadikan Gedung ini sebagai Museum Perumusan Naskah Proklamasi dengan surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0476/1972.

Di dalam Museum Perumusan Naskah Proklamasi ini ada empat ruangan berbeda yang akan membuat pencinta sejarah tertarik. Di ruangan pertama terdapat gambaran suasana menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ruang kedua terdapat gambaran suasana saat Soekarno membacakan naskah Proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur. Ruang ketiga terdapat suasana pergolakan saat mempertahankan kemerdekaan Indonesia, dan ruang keempat terdapat benda-benda sejarah yang dipakai oleh para pejuang kemerdekaan pada masanya.

Dengan semua koleksi-koleksi peralatan sejarah kemerdekaan Indonesia dan juga Gedung yang gayanya terlihat menarik membuat banyak orang menjadikannya sebagai salah satu destinasi wisata pendidikan ketika ulang tahun kemerdekaan Indonesia. Tidak heran bila menjelang ulang tahun hingga pasca ulang tahun kemerdekaan banyak pengunjung yang menghadiri museum ini. Untuk menyaksikan bagaimana perjuangan para pejuang kemerdekaan Indonesia.

Rengasdengklok

Peristiwa Rengasdengklok terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 03:00 WIB. Pada saat itu Soekarno-Hatta dibawa oleh para pemuda Menteng 31 seperti Chaerul Saleh dan Sukarni ke Rengasdengklok, Karawang agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Hal tersebut dilakukan oleh para pemuda Menteng 31 karena Presiden dan wakilnya dinilai lambat untuk menyatakan kemerdekaan Indonesia.

Namun ternyata penculikan yang dilakukan oleh para pemuda Menteng 31 justru membuat Bung Hatta marah. Penculikan yang dilakukan dengan niat untuk mempercepat kemerdekaan Indonesia itu ternyata memperlambat pembacaan teks proklamasi. Pada saat Bung Hatta menyusun teks proklamasi, para pemuda tersebut menculiknya. Itulah yang membuat Bung Hatta marah, terlebih lagi di Rengasdengklok tidak ada yang bisa dilakukan oleh Soekarno-Hatta.

Tetapi kemudian datanglah Ahmad Subardjo dan Soediro yang dengan segera membawa kembali Soekarno-Hatta menuju ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi di Jalan Imam Bonjol, Jakarta. Pada tanggal 17 Agustus 1945 dini hari dibacalah teks proklamasi oleh Soekarno yang didampingi oleh Bung Hatta.

Peristiwa rengasdengklok hingga saat ini masih membuat banyak orang penasaran. Maka dari itu tidak jarang orang yang berdatangan ke Rengasdengklok untuk mengetahui lebih dalam tentang peristiwa menegangkan yang terjadi pada malam kemerdekaan di Rengasdengklok. Bukan hanya pra dan pasca ulang tahun kemerdekaan Indonesia, bahkan di hari-hari biasa pun Rengasdengklok juga banyak didatangi oleh wisatawan.

Tugu Proklamasi

wisata pendidikan

Tugu Proklamasi berdiri di tanah lapang kompleks Taman Proklamasi di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat. Taman Proklamasi memiliki tanah seluas 4 hektare dan dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama yaitu Tugu Proklamasi, bagian kedua yaitu Tugu Petir dan bagian ketiga yaitu monumen proklamator.

Di kompleks ini juga terdapat patung Soekarno-Hatta yang berdiri berdampingan, mirip dengan dokumentasi foto ketika naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia pertama kali dibacakan. Dan diantara dua patung tersebut terdapat patung naskah proklamasi yang terbuat dari batu marmer hitam.

Setelah era reformasi, Tugu Proklamasi ini kemudian dijadikan sebagai tempat untuk acara peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia tiap tahunnya. Selain itu disinilah biasanya para demonstran menyuarakan aspirasi mereka terhadap pemerintahan. Kemudian di sore hari, para penduduk yang tinggal dekat dengan Tugu Proklamasi berdatangan untuk melakukan berbagai aktivitas seperti olahraga atau hanya sekedar duduk saja menanti datangnya senja.

Referensi lain : Wisata Padang Bunga Matahari Lopburi Yang Menakjubkan

Author ArifaNida

"Menulislah, karena tanpa menulis engkau akan hilang dari pusaran sejarah." -Pramoedya Ananta Toer-
Email: [email protected]
IG: @arifa_nida

Komentar

Tulis Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Loading…

0