Mengelola konflik – Manusia sebagai makhluk sosial, dalam melangsungkan kehidupannya akan terus berinteraksi dengan manusia lainnya. Selama proses interaksi tersebut tidak selamanya berjalan mulus seperti yang diinginkan. Sebaliknya justru tak jarang terjadi konflik baik yang disebabkan unsur sengaja maupun ketidaksengajaan.
Nah, agar konflik yang terjadi tidak berlarut-larut, alangkah lebih baik jika konflik dikelola secara bijaksana. Untuk itu diperlukan pemahaman mendasar sebelum mengambil langkah-langkah bijak dalam mengelola konflik.
Untuk mengambil langkah bijak dalam mengelola konflik, sebaiknya dipahami terlebih dahulu apa itu makna, jenis-jenis , faktor yang mempengaruhi konflik, kemudian langkah terakhir adalah penanganan konflik.
Sebuah tulisan berjudul Mengelola Konflik dalam Suatu Organisasi yang ditulis oleh Juanita, SE, M.Kes. dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Universitas Sumatera Utara merumuskan.
Beberapa hal berikut ini sangat penting dipahami jika akan mengambil langkah bijak dalam mengelola konflik.
Pengertian
Menurut Robbins (1996) dalam “Organization Behavior” menjelaskan bahwa konflik adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut pandang) yang berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif.
Sedang menurut Luthans (1981) konflik adalah kondisi yang ditimbulkan oleh adanya kekuatan yang saling bertentengan. Kekuatan-kekuatan ini bersumber pada keinginan manusia.
Namun dalam hal ini, istilah konflik dimaknai secara sederhana sebagai perbedaan pendapat, persaingan dan permusuhan.
Perbedaan pendapat tidak selalu berarti perbedaan keinginan. Oleh karena konflik bersumber pada keinginan, maka perbedaan pendapat tidak selalu berarti konflik.
Persaingan sangat erat hubungannya dengan konflik karena dalam persaingan beberapa pihak menginginkan hal yang sama tetapi hanya satu yang mungkin mendapatkannya.
Persaingan tidak sama dengan konflik namun mudah menjurus ke arah konflik, terutuma bila ada persaingan yang menggunakan cara-cara yang bertentangan dengan aturan yang disepakati.
Permusuhan bukanlah konflik karena orang yang terlibat konflik bisa saja tidak memiliki rasa permusuhan. Sebaliknya orang yang saling bermusuhan bisa saja tidak berada dalam keadaan konflik.
Konflik sendiri tidak selalu harus dihindari karena tidak selalu negatif akibatnya. Berbagai konflik yang ringan dan dapat dikendalikan (dikenal dan ditanggulangi) dapat berakibat positif bagi mereka yang terlibat maupun bagi organisasi.
Jenis-jenis Konflik
Ketika akan mengambil langkah bijak dalam mengelola konflik, perlu dipahami jenis-jenis konflik. Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel dikenal ada lima jenis konflik yaitu :
1. Konflik Intrapersonal
Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.
Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu :
• Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menarik
• Konflik pendekatan – penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama menyulitkan
• Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal yang mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus
2. Konflik Interpersonal
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentangan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain.
Baca : Beberapa Penyebab Jabatan Kerja Tidak Naik secara Umum
3. Konflik Antar Individu dan Kelompok
Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas (suatu jenis pengaruh sosial ketika seseorang mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada) yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka.
Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok di mana ia berada.
4. Konflik Antar Kelompok dalam Organisasi yang Sama
Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasi. Konflik antar lini dan staf, pekerja dan pekerja – manajemen merupakan dua macam bidang konflik antar kelompok.
5. Konflik Antar Organisasi
Contoh seperti di bidang ekonomi di mana Amerika Serikat dan negara-negara lain dianggap sebagai bentuk konflik, dan konflik ini biasanya disebut dengan persaingan.
Konflik ini berdasarkan pengalaman ternyata telah menyebabkan timbulnya pengembangan produk-produk baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien.
Peranan Konflik
Mengambil langkah bijak dalam mengelola konflik juga harus memahami peranan konflik itu sendiri. Ada berbagai pandangan mengenai konflik dalam organisasi.
Pandangan tradisional mengatakan bahwa konflik hanyalah merupakan gejala abnormal yang mempunyai akibat-akibat negatif sehingga perlu dilenyapkan.
Sedangkan pandangan yang lebih maju menganggap bahwa konflik dapat berakibat baik maupun buruk. Usaha penanganannya harus berupaya untuk menarik hal-hal yang baik dan mengurangi hal-hal yang buruk.
Dalam padangan modern ini konflik sebenarnya dapat memberikan manfaat yang banyak bagi organisasi. Sebagai contoh pengembangan konflik yang positif dapat digunakan sebagai ajang adu pendapat, sehingga organisasi bisa memperoleh pendapat-pendapat yang sudah tersaring.
Menurut Robbins (1996) yang membahas konflik dari segi human relations and interactionist perspective, dijelaskan bahwa konflik itu adalah hal yang alamiah dan selalu akan terjadi. Konflik merupakan bagian dari pengalaman hubungan antar pribadi (interpersonal experience).
Karena itu bisa dihindari maka sebaiknya konflik dikelola dengan efektif, sehingga dapat bermanfaat dan dapat menciptakan perbedaan serta pembaharuan ke arah yang jauh lebih baik dalam organisasi.
Dengan demikian penanganannya harus diambil langkah bijak dalam mengelola konflik.
Kesimpulannya konflik tidak selalu merugikan organisasi selama bisa ditangani dengan baik sehingga dapat :
– Mengarah ke inovasi dan perubahan
– Memberi tenaga kepada orang bertindak
– Menyumbangkan perlindungan untuk hal-hal dalam organisasi
– Merupakan unsur penting dalam analisis sistem organisasi
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konflik
Jika akan mengambil langkah bijak dalam mengelola konflik, sangat penting memahami faktor yang mempengaruhinya.
Faktor yang mempengaruhi konflik dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Dalam faktor intern dapat disebutkan beberapa hal :
1. Kemantapan Organisasi
Organisasi yang telah mantap lebih mampu menyesuaikan diri sehingga tidak mudah terlibat konflik dan mampu menyelesaikannya.
Analoginya dalah seseorang yang matang mempunyai pandangan hidup luas, mengenal dan menghargai perbedaan nilai dan lain-lain.
2. Sistem Nilai
Sistem nilai suatu organisasi ialah sekumpulan batasan yang meliputi landasan maksud dan cara berinteraksi suatu organisasi, apakah sesuatu itu baik, buruk, salah atau benar.
3. Tujuan
Tujuan suatu organisasi dapat menjadi dasar tingkah laku organisasi itu serta para anggotanya.
4. Sistem Lain dalam Organisasi
Seperti sistem komunikasi, sistem kepemimpinan, sistem pengambilan keputusan, sistem imbalan dan lain-lain. Dalam hal sistem komunikasi misalnya ternyata persepsi dan penyampaian pesan bukanlah soal yang mudah.
Sedangkan faktor ekstern meliputi :
1. Keterbatasan Sumber Daya
Kelangkaan suatu hal yang dapat menumbuhkan persaingan dan seterusnya dapat berakhir menjadi konflik.
2. Kekaburan Aturan/Norma di Masyarakat
Hal ini memperbesar peluang perbedaan persepsi dan pola bertindak.
3. Derajat Ketergantungan dengan Pihak Lain
Semakin tergantung satu pihak dengan pihak lain semakin mudah konflik terjadi.
4. Pola Interaksi dengan Pihak Lain
Pola yang bebas memudahkan pemamparan dengan nilai-nilai lain sedangkan pola tertutup menimbulkan sikap kabur dan kesulitan penyesuaian diri.
Penanganan Konflik
Untuk mengambil langkah bijak dalam mengelola konflik dan hasilnya efektif, kita harus mengetahui kemampuan diri sendiri dan juga pihak-pihak yang mempunyai konflik. Ada beberapa cara untuk menangani konflik antara lain :
1. Introspeksi diri
Bagaimana kita biasanya menghadapi konflik ? Gaya apa yang biasanya digunakan? Apa saja yang menjadi dasar dan persepsi kita ? Hal ini penting untuk dilakukan sehingga kita dapat mengukur kekuatan kita.
2. Mengevaluasi Pihak-pihak yang Terlibat
Sangat penting bagi kita untuk mengetahui pihak-pihak yang terlibat. Kita dapat mengidentifikasi kepentingan apa saja yang mereka miliki, bagaimana nilai dan sikap mereka atas konflik tersebut dan apa perasaan mereka atas terjadinya konflik.
Kesempatan kita untuk sukses dalam menangani konflik semakin besar jika kita melihat konflik yang terjadi dari semua sudut pandang. Hal itu merupakan tahap awal dalam mengambil langkah bijak dalam mengelola konflik.
3. Identifikasi Sumber Konflik
Seperti dituliskan di atas, konflik tidak muncul begitu saja. Sumber konflik sebaiknya dapat teridentifikasi sehingga dalam mengambil langkah bijak mengelola konflik, sasaran penanganannya lebih terarah kepada sebab konflik.
4. Mengetahui Pilihan Penyelesaian atau Penanganan Konflik yang Ada dan Memilih yang Tepat
Yang sangat penting, mengambil langkah bijak dalam mengelola konflik wajib dipahami alternatif pilihan yang tepat untuk menyelesaikannya. Menurut Spiegel (1994) dijelaskan, ada lima tindakan yang dapat kita lakukan dalam penanganan konflik :
a. Berkompetisi
Langkah bijak dalam mengelola konflik perlu mengambil tindakan kompetisi. Tindakan ini dilakukan jika kita mencoba memaksakan kepentingan sendiri di atas kepentingan pihak lain.
Pilihan tindakan ini bisa sukses dilakukan jika situasi saat itu membutuhkan keputusan yang cepat, kepentingan salah satu pihak lebih utama dan pilihan kita sangat vital.
Hanya perlu diperhatikan situasi menang – kalah (win-win solution) akan terjadi disini. Pihak yang kalah akan merasa dirugikan dan dapat menjadi konflik yang berkepanjangan.
Tindakan ini bisa dilakukan dalam hubungan atasan –bawahan, di mana atasan menempatkan kepentingannya (kepentingan organisasi) di atas kepentingan bawahan.
b. Menghindari konflik
Kadangkala langkah bijak dalam mengelola konflik juga menghindari konflik itu sendiri. Tindakan ini dilakukan jika salah satu pihak menghindari situsasi tersebut secara fisik ataupun psikologis. Sifat tindakan ini hanyalah menunda konflik yang terjadi.
Situasi menang-kalah terjadi lagi di sini. Menghindari konflik bisa dilakukan jika masing-masing pihak mencoba untuk mendinginkan suasana, membekukan konflik untuk sementara.
Dampak kurang baik bisa terjadi jika pada saat yang kurang tepat konflik meletus kembali, ditambah lagi jika salah satu pihak menjadi stres karena merasa masih memiliki hutang menyelesaikan persoalan tersebut.
c. Akomodasi
Langkah bijak dalam mengelola konflik adalah mengakomodir semua pihak yang terlibat. Yaitu jika kita mengalah dan mengorbankan beberapa kepentingan sendiri agar pihak lain mendapat keuntungan dari situasi konflik itu. Disebut juga sebagai self sacrifying behaviour.
Hal ini dilakukan jika kita merasa bahwa kepentingan pihak lain lebih utama atau kita ingin tetap menjaga hubungan baik dengan pihak tersebut. Pertimbangan antara kepentingan pribadi dan hubungan baik menjadi hal yang utama di sini.
d. Kompromi
Langkah bijak dalam mengelola konflik juga tentang kompromi atas berbagai kepentingan. Tindakan ini dapat dilakukan jika ke dua belah pihak merasa bahwa kedua hal tersebut sama – sama penting dan hubungan baik menjadi yang utama.
Masing-masing pihak akan’mengorbankan’ sebagian kepentingannya untuk mendapatkan situasi menang-menang (win-win solution).
e. Berkolaborasi
Langkah bijak dalam mengelola konflik adalah kolaborasi. Menciptakan situasi menang-menang dengan saling bekerja sama. Pilihan tindakan ada pada diri kita sendiri dengan konsekuensi dari masing-masing tindakan.
Jika terjadi konflik pada lingkungan kerja, kepentingan dan hubungan antar pribadi menjadi hal yang harus dipertimbangkan.
Kesimpulan
Kemampuan mengambil langkah bijak dalam mengelola konflik adalah tentang (terutama) yang menduduki jabatan pimpinan.
Yang terpenting adalah mengembangkan pengetahuan yang cukup dan sikap yang positif terhadap konflik, karena peran konflik yang tidak selalu negatif terhadap organisasi.
Dengan pendekatan yang cukup diterima, pimpinan dapat cepat mengenal, mengidentifikasi dan mengukur besarnya konflik serta akibatnya dengan sikap positif dan kemampuan kepemimpiananny.
Seorang pimpinan akan dapat mengendalikan konflik yang akan selalu ada, dan bila mungkin menggunakannya untuk keterbukaan organisasi dan anggota organisasi yang dipimpinnya. Tentu manfaatnya pun dapat dirasakan oleh dirinya sendiri. (oen).
Mantap, thanks infonya