in

COVID-19, Airbnb Pilih Rumahkan 25 Persen Stafnya

airbnb covid
THE VERGE

Pandemi COVID-19 benar-benar memukul banyak lini bisnis yang ada di dunia saat ini. Bukan hanya bisnis yang bersifat offline yang mengalami dampaknya, namun bisnis yang bersifat online pun juga mengalami dampaknya.

Airbnb adalah salah satu perusahaan online yang mengalami dampak dari pandemi COVID-19 ini di mana perusahan yang bergerak di jasa persewaan tempat tinggal itu terpaksa memangkas beberapa persen stafnya seperti yang dikutip dari The Verge, Rabu (6/5).

Baca juga: Corona Bukan Hanya Ancam Jiwa, Namun Juga Ancam Bisnis

Airbnb Pangkas 25 Persen Stafnya Akibat COVID-19

Berdasarkan laporan dari The Verge, Airbnb merumahkan seperempat karyawannya atau sekitar 1.900 orang. Perusahaan mengaku telah berjuang selama beberapa bulan terakhir untuk tidak merumahkan para karyawannya, namun hal yang demikian itu tetap tidak bisa dilakukan oleh pihak perusahaan.

Menurut pihak perusahaan, mereka terpaksa merumahkan seperempat karyawannya karena pesanan sebelumnya yang sudah ada terpaksa dibatalkan. Dan pembatalan pun berjumlah massal sehingga hal yang demikian itu mempengaruhi keberlangsungan bisnis perusahaan. Selain alasan yang sudah disebutkan, alasan melambatnya pesanan pada masa mendatang atau ketika pandemi berakhir juga menjadi pertimbangan karena tidak akan bisa benar-benar cepat pulih.

Saat ini sendiri, Airbnb memiliki 7.500 karyawan. Mengingat jumlah 7.500 bukanlah jumlah yang sedikit, kebijakan untuk merumahkan seperempat karyawan pun dipilih oleh pihak perusahaan. Dalam pernyataannya, CEO Airbnb Brian Chesky mengungkapkan bahwasanya pandemi COVID-19 membuat pendapatan perusahaan menurun tajam.

Chesky menambahkan, bahwasanya pendapatan 2020 akan setengah dari apa yang didapat perusahaan selama 2019. “Bisnis Airbnb telah terpukul,” tulisnya dalam catatan yang di-email-kan kepada karyawan. Dalam catatannya, Chesky melaporkan tentang masalah PHK. Dalam laporan dikatakan jika PHK seharusnya mampu menyelamatkan bisnis perusahaan sebesar USD400 juta hingga USD500 juta per tahun.

Baca juga: Microsoft: Corona Bisa Ubah Cara Manusia Bekerja

Pandemi COVID-19 tidak hanya memukul Airbnb selaku perusahaan. Namun, para mitra Airbnb yang menyewakan tempatnya untuk dijadikan tempat bisnis pun juga mendapatkan pukulan yang telak. Meski saat ini benar-benar terpukul, Chesky yakin bisnis akan segera pulih dalam waktu dekat.

COVID-19 sendiri sampai saat ini belum diketahui akan berakhir mengingat penyebarannya yang masih sangat tinggi di beberapa negara. Amerika Serikat sendiri yang notabene merupakan negara asal Airbnb, telah menjadi negara dengan temuan kasus COVID-19 terbanyak.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Loading…

0