in

COVID-19 Belum Berakhir, Uber Pilih Pangkas 3.000 Karyawannya

THE VERGE

Uber, sebagai perusahaan pelopor bisnis ride-hailing mengalami nasib yang kurang baik di masa pandemi COVID-19 seperti sekarang ini. Uber telah mengalami kerugian terbesar dalam periode tiga kuartal. Setelah itu, Uber kembali mendapati nasib yang kurang baik.

Kali ini, perusahaan pimpinan Dara Khosrowshahi terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja kepada 3.000 karyawannya. Keputusan mem-PHK karyawan terpaksa dilakukan oleh Uber untuk menyelamatkan perusahaan yang mengalami dampak negatif akibat adanya pandemi COVID-19.

Baca juga: COVID-19 Buat Uber Alami Kerugian Terbesar dalam Tiga Kuartal

Pangkas 3.000 Karyawan, Bisnis Uber Turun 80 Persen

Melansir dari The Verge, Uber mengungkapkan bahwasanya bisnis mereka mengalami penurunan sebesar 80 persen. Penurunan bisnis Uber itu disebabkan adanya pandemi COVID-19 seperti yang sudah disebutkan. Hasilnya, perusahaan terpaksa memangkas 3.000 karyawannya.

“Kita harus mengambil tindakan keras ini untuk berdiri teguh di atas kaki kita sendiri, untuk mengamankan masa depan kita, dan untuk melanjutkan misi kita,” ucap Dara Khosrowshahi. Pernyataan Dara Khosrowshahi ini sendiri merupakan pernyataan yang ia sampaikan kepada para stafnya melalui email.

Pemecatan 3.000 karyawan Uber ini dilakukan kurang dari dua minggu saja setelah Uber memecat 3.700 karyawan atau 14 persen dari tenaga kerja globalnya. Secara total, perusahaan telah memangkas sekitar seperempat stafnya dalam waktu kurang dari satu bulan.

Pandemi COVID-19 benar-benar membuat Uber kelimpungan. Selain memberhentikan ribuan karyawannya, Uber juga akan menutup 45 kantor secara global. Penutupan 45 kantor secara global sendiri membuat perusahaan melakukan perombakan di beberapa divisinya.

Baca juga: Kalah Saing, Uber Pilih Jual Bisnis Makanannya ke Zomato

Sulitnya menghadapi situasi di tengah COVID-19 juga dirasakan oleh perusahaan pesaing Uber, yaitu Lyft. Saingan utama Uber tersebut, baru-baru ini juga sudah mengumumkan kepada publik bahwasanya mereka telah mem-PHK hampir 1.000 karyawannya, atau sekitar 17 persen dari tenaga kerjanya.

Sampai saat ini, pandemi COVID-19 belum diketahui kapan akan berakhir. Jika pandemi ini masih berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama, tentu beberapa perusahaan, termasuk Uber harus memutar otaknya agar tetap mampu meraih pendapatan di tengah-tengah pandemi sehingga keberlangsungan bisnis perusahaan tetap terjaga.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Loading…

0