in

Kecanduan Game Adalah Gangguan Medis Menurut WHO

kecanduan game
BEIJING REVIEW

Dulu, game dianggap sebagai sesuatu yang kekanak-kanakan karena kebanyakan game memang berisi permainan anak-anak. Namun, saat ini game bukanlah sesuatu yang kekanak-kanakan lagi karena game bisa dijadikan sebagai mata pencaharian.

Karena game bisa dijadikan mata pencaharian, khususnya mata pencaharian di era teknologi seperti sekarang ini, para orang tua pun mulai mendorong anak-anaknya untuk bermain game. Bahkan, di beberapa sekolah sudah diadakan mata pelajaran game (eSports).

Game Bisa Sebabkan Kecanduan

Organisasi Kesehatan Dunia atau yang lebih dikenal dengan singkatan WHO (World Health Organization) telah menetapkan kecanduan game sebagai gangguan medis. Penetapan WHO tersebut dimuat dalam laporan International Classification of Diseases (ICD) yang telah dirilis pada Sabtu (25/05/19).

Dilansir dari Time, penetapan dari WHO tidak dilakukan secara sembarangan karena menurut Tarik Jasarevi selaku juru bicara WHO mengungkapkan bahwasanya penetapan didasari bukti-bukti dan kesepakatan di antara para ahli di seluruh dunia.

Menurut Jasarevi, biasanya para penderita kecanduan game akan mengalami gangguan kontrol pada dirinya sendiri. Hasilnya, para pecandu akan lebih memprioritaskan game ketimbang aktivitas harian yang harusnya mereka lakukan seperti sekolah, bekerja, hingga bersosialisasi.

Baca juga: Kenali dan Waspada, Penyakit Berbahaya dari Kecanduan Teknologi

Game Ada yang Merenggut Nyawa Pemainnya

Kabar game yang merenggut nyawa pemainnya sudah banyak beredar di pemberitaan dalam maupun luar negeri. Baru-baru ini pun, pemberitaan mengenai pemain game yang meninggal saat bermain game kembali datang.

Adalah Piyawat Harikun, seorang remaja 17 tahun asal Thailand yang ditemukan meninggal dunia setelah didiagnosis mengalami gagal jantung akibat bermain game tanpa istirahat. Dilansir dari Asia One, Piyawat bermain game menggunakan komputer di kamarnya sejak matahari terbit hingga keesokan harinya.

Pihak keluarga sendiri sudah meminta sang anak untuk berhenti bermain game. Namun, permohonan dari pihak keluarga tak digubris. Dan puncaknya terjadi pada 4 November 2019 kemarin di mana Jaranwit yang merupakan ayah Piyawat menemukan sang anak terjatuh di depan komputer kamar dalam kondisi tidak bernyawa lagi.

https://www.facebook.com/Khaodeb/posts/266730164232508

Unggahan Facebook dari Khaodeb di atas berisi curahan hati Jaranwit yang meminta para orang tua di mana pun itu untuk mencegah anak-anaknya dari kecanduan game, sekaligus menghargai waktu kebersamaan dengan keluarga.

Orang Tua Harus Sayang Anak

Jika melihat atlet eSports saat ini, bayaran yang diterima memang sangatlah besar. Dan karena eSports sangat menjanjikan untuk ke depannya, maka amat sangat tidak mengherankan apabila para orang tua zaman sekarang menginginkan anaknya untuk menekuni dunia game.

Namun seperti yang sudah disebutkan, ketika ingin menjadikan anak seorang pemain game, tentu para orang tua harus mengetahui dampak-dampak apa saja yang nantinya akan dialami oleh sang anak, apalagi ketika sang anak itu masih di bawah umur atau beranjak remaja.

Baca juga: Hey Orang Tua! Gadget Adalah Pengasuh Anak Paling Berbahaya

WHO menyebutkan, ketika seseorang itu sudah menderita yang namanya kecanduan game atau gaming disorder, maka semua kegiatan sehari-hari akan diabaikan. Bahkan menurut American Psychiatric Association, 0,3 – 1 % populasi yang ada di dunia saat ini sudah terjangkiti gaming disorder. Itu artinya, lebih dari 75 juta orang yang ada di dunia telah mengalami gangguan medis akibat kecanduan game.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Loading…

0