in

Kiat Liwa Supriyanti dan Gunung Prisma Menghadapi Masalah Lingkungan

Liwa Supriyanti gunung prisma

Liwa Supriyanti selaku direktur perusahaan perdagangan baja Gunung Prisma memiliki caranya tersendiri dalam menghadapi masalah perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. Karena seperti yang diketahui, kondisi iklim dan lingkungan dunia saat ini sudah masuk tahap yang sangat mengkhawatirkan.

Sampai pada tahun 2021, emisi karbon terkait energi global naik hingga 6% menjadi 36,3 miliar ton. Ini merupakan level tertinggi yang pernah tercatat dalam sejarah. Salah satu penyebabnya adalah pemulihan ekonomi dunia yang kuat setelah melewati krisis Covid-19.

Analisis IEA menunjukkan, pemulihan pada tahun 2021 diperparah oleh cuaca buruk dan kondisi pasar energi – terutama lonjakan harga gas alam – yang menyebabkan lebih banyak batubara yang dibakar meskipun pembangkit listrik terbarukan juga bertumbuh secara beriringan.

Green Steel, Metode Produksi Baja yang Lebih Ramah Lingkungan

Untuk menghadapi hal itu, Liwa Supriyanti dan perusahaannya, Gunung Prisma, menerapkan konsep green steel dalam proses produksi baja. Dengan komitmen ini, konsumsi energi fosil dikurangi dan beralih ke energi ramah lingkungan.

Dalam prosesnya sendiri, metode produksi baja di Gunung Prisma menggunakan energi hidrogen. Metode ini diyakini mampu membuka kesempatan kerja baru dan juga mendatangkan keuntungan bagi industri lain yang terkait.

Selain itu, upaya lain yang membuat aktivitasnya lebih ramah lingkungan adalah dengan pemilihan bahan baku baja dari logam tua. Baja sendiri terbuat dari material campuran yang mengandung banyak unsur, seperti besi, karbon, sulfur, mangan, fosfor, silikon, dan sebagainya.

Proses pembuatan baja baru lebih banyak membutuhkan biaya dan sumber daya energi. Ditambah lagi dengan penyediaan bahan dasar lainnya. Dibanding logam tua yang diproses secara sirkular, prosesnya tentu jauh lebih ramah lingkungan.

Liwa meyakini jika praktek berkelanjutan ini diterapkan dalam skala besar, maka akan berkontribusi dalam pengurangan efek perubahan iklim dan menciptakan keseimbangan bagi planet bumi.

Upaya tersebut tidak hanya ditujukan bagi perusahaannya sendiri, Liwa berniat agar upayanya menjadi yang terdepan dalam membawa sumber daya terbarukan bagi pabrik-pabrik baja di seluruh dunia.

Green Steel Akan Menjadi Tren Masa Depan

Meski ongkos produksinya masih cukup tinggi, metode green steel dalam produksi baja akan lebih mendominasi. Metode green steel sendiri merupakan transisi keberlanjutan dari lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG). Meski demikian, harga hidrogen diperkirakan akan turun dalam sepuluh tahun ke depan.

Terjadinya penurunan biaya produksi pada energi dari sinar matahari dan angin disebut telah menjadi beberapa faktor penyebab mengapa harga hidrogen turun. Selain itu, bahan bakar fosil yang sampai saat ini masih digunakan akan mengalami peningkatan harga karena berbagai insentif yang dicabut terhadap penggunaannya akibat dampak kerusakan lingkungan.

Menurut pemaparan dari World Economic Forum, konsumen juga disebut menjadi pendorong upaya keberlanjutan ini. Tren produk-produk ramah lingkungan meningkat drastis di kalangan konsumen, terbukti berdasarkan volume pencarian di internet yang naik signifikan hingga 71 persen selama 5 tahun terakhir.

Tren ini disebut juga dengan istilah eco-wakening, dimana barang berkelanjutan tidak hanya pada konsumen di negara berpendapatan tinggi, melainkan juga di negara-negara berkembang dan kekuatan ekonomi baru seperti Indonesia.

Upaya transformasi itu dilaksanakan dengan cara pengetatan emisi karbon. Penerapan tarif atau pajak karbon hingga produsen akan mempertimbangkan penggunaannya juga merupakan langkah nyata soal emisi karbon.

Author ganisebastian

Menulis dari berbagai pengalaman pribadi dan bisa dipertanggung jawabkan, jika bermanfaat bagi Anda silahkan share.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Loading…

0