in

Sebastiao Salgado, Mengubah 600 Hektar Hutan Gundul Menjadi Hijau

Sebastiao Salgado

Kita ketahui, semakin berkembangnya zaman dengan semakin banyaknya dibangun infrastruktur di permukaan bumi menyebabkan Global Warming semakin meningkat. Tingkat karbondioksida di atmosfer beberapa tahun terakhir mencapai tingkat tertinggi yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

Maka dari itu, diperlukan kesadaran pada diri tiap manusia untuk melestarikan berbagai macam flora dan fauna yang hidup di permukaan bumi.

Terdapat berbagai cara dalam mencegah bertambahnya temperatur di bumi, yang beberapa diantaranya adalah penghijauan beralih ke penggunaan energi yang ramah lingkungan.

Berbicara tentang penghijauan, ada seorang berkebangsaan Brazil yang berinisiatif untuk menghijaukan kembali hutan yang tandus. Ia adalah Sebastiao Salgado.

Sebastiao Salgado berhasil mengubah lahan yang tandus menjadi hijau dalam kurun waktu 20 tahun.

Perjalanan Karir Sebastiao Salgado

Sebastiao Ribero Salgado adalah seorang berkebangsaan Brazil yang memiliki profesi sebagai fotografer spesialis foto jurnalisme dan foto dokumentasi.

Ia lahir di Aimorez, provinsi Minas Geraiz, Brazil pada 8 Februari 1944. Sebastiao mendapatkan gelar Master Ekonomi di Universitas of Sao Paulo di Brazil.

Pada tahun 1971, Sebastiao memulai profesinya di London sebagai ekonomis di Organisasi Kopi Internasional.

Dalam profesinya ini ia seringkali ditugaskan ke Afrika dalam misi Bank Lingkungan Kehidupan. Pada kesempatan inilah ia memulai menyukai dan menekuni bidang fotografi.

Sebastiao Salgado memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya pada tahun 1973 dan berpindah tinggal di Paris guna menjadi fotografer paruh waktu.

Awal mulanya adalah karena tugas Sebastiao yang kebanyakan adalah mengenai jurnalisme dan juga berita, sehingga ia tertarik untuk merambah ke foto dokumentasi.

Kala itu, Sebastiano bernaung pada agensi foto Sygma dan seringkali ditugaskan ke Portugal, Angola dan Mazambique.

Pada tahun 1974, Sebastiano Salgado pindah ke Gamma dan dipindahkan tugas ke Afrika, Amerika Latin dan juga Eropa. Kemudian ia juga menggarap proyek dokumentasi suku Indian dan kaum petani di Amerika Latin.

Pada tahun 1984 proyek tersebut usai dan diterbitkanlah buku olehnya yang berjudul “Other Americans”.

Sebastiao bekerja sama dengan Doctors Without Borders pada tahun 1984 hingga tahun 1986 untuk mendokumentasikan dampak kelaparan di Afrika.

Dalam proyek ini, dokumentasi hasil Sebastiao diterbitkan dalam Sahel. Sahel tersebut adalah Man in Distress dan The end of The Road.

Baca jugaGreen Jobs: 9 Pekerjaan Bergaji Tinggi untuk Pecinta Lingkungan

Karya Fotografi Sebastiao Salgado di Indonesia

Hingga tahun 1992, Sebastiao mengerjakan proyek suatu essay mengenai kaum pekerja industri yang kemudian diterbitkan dalam buku Workers.

Dalam pengerjaan buku ini, ia berkeliling di 23 negara di dunia. Dalam essay ini terdapat gambaran dan potret bagaimana para pekerja di Kawah Idjen, Indonesia yang sedang memanggul belerang.

Potret pekerja di Kawah Idjen, Indonesia oleh Sebastiao Salgado via http://www.hanoman.web.id/

Sebastiao kemudian meneruskan proyek essay nya yaitu Migration dengan berkelana ke 43 negara di dunia. Dalam proyeknya ini, ia mendokumentasi orang-orang yang berkelana meninggalkan tanah kelahiran mereka dan bermukim di kota.

Dengan ketekunannya dalam bidan fotografi ini, Sebastiao kemudian mendapatkan penghargaan dalam bidang fotografi dan kemanusiaan.

Di samping itu, ia juga ditunjuk sebagai duta UNICEF dan menjadi anggota kehormatan Academy Arts and Sciences di Amerika. Kemudian ia menghabiskan waktu untuk meneliti komunitas dan lingkungan sekitarnya baik flora, fauna dan budaya.

Perubahan Lahan Tandus di Kampung Halaman Sebastiao

Pada tahun 1994, Sebastiano Salgado kembali ke kampung halamannya yaitu Brazil. Ia mengambil alih kembali lahan milik keluarganya yang sudah lama terbengkalai. Lahan ini kering dan tandus, sehingga terabaikan dan tidak terurus oleh keluarga Salgado.

Dahulu lahan tersebut rimbun, penuh dengan pepohonan dan dapat dikatakan surga tropis. Namun pada saat Sebastiao kembali ke kampung halamannya ini, ia melihat tinggal 0,5% pohon yang masih bertahan.

Potret Perubahan Lahan Salgado yang Tandus Menjadi Hijau via http://www.ziatuwel.com/

Karena melihat lahan yang begitu tandus, istri Sebastiao Salgado mengungkapkan keinginannya kepada suaminya untuk mengubah lahannya.

Ia memiliki ambisi untuk mengubah lahan tandus tersebut dengan menjadikannya sebagai ladang tanam untuk tumbuh-tumbuhan. Dan kemudian keinginan istri Sebastiao ini dipenuhi olehnya.

Akhirnya mereka merekrut relawan hingga mengumpulkan donasi dari berbagai kalangan untuk program penghijauan. Dalam usahanya ini, mereka mendirikan gerakan reboisasi yang diberi nama Institutoa Terra.

Gerakan ini mulai dilaksanakan pada tahun 1999 oleh pasangan suami istri, Sebastiao Salgado dan sang istri Leila Deluiz Wanick.

Melalui gerakan Instituoa Terra yang dibantu oleh para relawan, Sebastiao bersama istrinya berhasil menghijaukan lahan yang tandus milik keluarganya. Penghijauan lahan ini dilakukan dengan menanamkan pohon sebanyak 2 juta pohon.

Tidak hanya satu jenis pohon, tetapi ada 290 jenis spesies pepohonan yang ditanamkan pada lahannya ini. Seiring berkembangnya waktu, lahan mulai terlihat hijau dan beragam jenis serangga dan burung kembali bertempat tinggal.

Pemandangan sebelum dan sesudah reboisasi via http://www.ziatuwel.com/

Upaya sepasang suami istri ini berhasil mengubah lahan yang sebelumnya begitu tandus menjadi hutan belantara yang penuh dengan berbagai macam flora dan fauna endemik khas atlantik.

Bahkan temperatur lingkungan yang sebelumnya begitu panas bagaikan di gurun pasir pun berubah menjadi sejuk.

Dengan ditanaminya berbagai macam tumbuhan ini, mata air yang sebelumnya kering pun kembali mengaliri lahan pertanian di sekitar hutan dengan debit sekitar 20 liter per menit.

Dampak Positif Reboisasi oleh Pasangan Salgado

Tidak hanya flora nya saja yang mengalami perubahan, namun dengan perubahan tersebut fauna pun kembali meramaikan wilayah lahan Salgado.

Diketahui ada sekitar 168 spesies burung yang menghuni lahan, 33 spesies mamalia, 15 spesies amfibi, dan juga ada sebanyak 293 jenis tanaman yang terdeteksi hidup li lahan yang tadinya tandus ini.

Dalam gerakan yang dicetus oleh pasangan suami istri ini berhasil memberikan pengaruh positif terhadap upaya mengurangi Global warming.

Berbagai macam spesies fauna di lahan Salgado via http://www.ziatuwel.com/

Sebastiao Salgado mengungkapkan bahwa ada ada satu jenis makhluk di muka bumi ini yang dapat mengurangi karbondioksida dan mengubahnya menjadi oksigen. Makhluk penyelamat tersebut adalah pepohonan.

Maka dari itu Sebastiao menganjurkan penduduk bumi untuk melestarikan dan menanami kembali hutan-hutan yang gundul. Kita membutuhkan makhluk penyelamat ini karena tidak hanya untuk kebutuhan ekonomi, namun juga dapat mendatangkan hewan-hewan endemik kembali.

Selain melakukan gerakan penghijauan pada lahan mereka, pasangan suami istri Salgado ini juga mendirikan wadah belajar tentang lingkungan bagi masyarakat sekitar.

Pada bulan Desember tahun 2012 lalu, telah berjalan 700 program edukasi lingkungan yang digelar di sekitar lahan Salgado. Dalam programnya ini, mereka melibatkan sejumlah 65 ribu yang bergabung di lebih dari 170 kota.

Author ArifaNida

"Menulislah, karena tanpa menulis engkau akan hilang dari pusaran sejarah." -Pramoedya Ananta Toer-
Email: [email protected]
IG: @arifa_nida

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Loading…

0