in

Sano, Pemulung Berdasi yang Sukses Berkat Daur Ulang Sampah

Sano

Sano adalah nama panggilan dari Mohamad Bijaksana Junerosano, seorang pria kelahiran Banyuwangi, 3 Juni 1981. Kisah kedekatan Sano dengan sampah berawal dari kelulusan SMAnya. Pada saat itu ia bingung menentukan tempat kuliah tujuannya. Pria ini bertekad untuk kuliah di ITB, tapi ia bingung memilih jurusan.

Sano Sholat Istikhoroh untuk Meminta Petunjuk

Karena tidak mau salah dalam mengambil keputusan, kemudian pria yang kerap dipanggil Sano ini melakukan sholat istikhoroh dan berdoa untuk diberi petunjuk. Usai sholat ia menonton televisi yang menayangkan permasalahan sampah yang menyebabkan bencana banjir di Jakarta. Saat itu pula lah ia mulai tertarik dengan sampah.

Setelah menemukan ketetarikannya, Junerosano dengan sigap membuka buku UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri) sekaligus mencari PTN (Perguruan Tinggi Negeri). Ia memutuskan untuk mengambil jurusan teknik lingkungan yang di dalamnya ada mata kuliah persampahan di ITB (Institut Teknologi Bandung).

Saat semester 3, jiwa enterpreneurship mahasiswa teknik lingkungan ini muncul dan mencoba bisnis untuk menjual minuman untuk membiayai kuliahnya sendiri.

Sano Mendirikan Greeneration Indonesia

Sano
Sano via http://www.thejakartapost.com

Tetapi dengan bekal dari perkuliahannya menjadikan Junerosano semakin menekuni masalah sampah dan juga lingkungan. Kemudian pada tanggal 24 Juli 2005 sebelum lulus, ia membangun GI (Greeneration Indonesia) yang merupakan perwujudan dari mimpinya untuk meminimalisir permasalahan sampah di Indonesia. Melalui Greeneration Indonesia, ia tidak hanya membuat program-program lingkungan tetapi juga melakukan wirausaha lingkungan.

Gebrakan baru Sano dimulai pada tahun 2009, GI menjadi perusahaan terbesar dalam menjual gaya hidup hijau. Pria kelahiran Banyuwangi ini menyatakan bahwa yang membedakan antara GI dan LSM adalah bahwa GI merupakan perusahaan.

Program awal yang Junerosano terapkan adalah KEBUNKU (Kertas Bekasku Hijaukan Bandungku) yang disambut baik oleh berbagai kalangan di kota bandung. Ia terinspirasi oleh banyaknya pengguna kertas baik di kantor-kantor, sekolah, kamus, maupun di rumah. Ia mengungkapkan bahwa dari situlah ia akan membuat siklus dimana ia memberikan peduli terhadap kertas yang dibuang sembarangan. Program KEBUNKU ini ia susun semenarik mungkin dengan sasaran siswa di bandung.

Dengan menggandeng KSK (Komunitas Sahabat Kota), Greeneration Indonesia melakukan roadshow dua mingguan ke sekolah-sekolah. Program utama KEBUNKU adalah memberikan pelajaran untuk para pelajar agar seefektif mungkin dalam menggunakan kertas. Sano mengungkapkan bahwa caranya adalah dengan memakai kertas bolak-balik, bukan hanya satu sisi. Kertas yang tidak terpakai didaur ulang untuk dijadikan hal yang lebih bermanfaat.

Pada tahun 2008 hingga saat ini, perusahaan Greeneration Indonesia sudah berhasil menjual sebanyak 500 ribu tas BaGoes ramah lingkungan. BaGoes merupakan gabungan kata dari bag dan goes yang merupakan bagian dari program DietKresek Greeneration Indonesia.

Baca juga : Ahmad Anggoro, Perantau Muda Yang Sukses Dengan Modal Kecil

Sano Meminjam Uang 4 juta

Pada awalnya, Sano hanya membuat satu tas BaGoes menggunakan uang pribadinya. Dengan bantuan dari temannya, Junerosano meminjam uang di Bank Mandiri senilai 4 juta yang kemudian digunakan untuk membuat 80 tas BaGoes. Tas yang dibuat oleh dua penjahit tersebut kemudian dijual untuk pertama kalinya pada pameran yang diselenggarakan di UI (Universitas Indonesia).

Dengan melihat tas BaGoes produksinya yang laku terjual, Sano menjadi lebih bersemangat. Semenjak pameran itu, tas BaGoes menjadi banyak dikenal orang. Hasil dari penjualannya kemudian ia gunakan untuk produksi tas kembali. Kebanyakan tas BaGoes diorder oleh komunitas, perusahaan maupun lembaga yang peduli terhadap lingkungan.

Baca juga : Eddie Juandie, Menghasilkan Uang Dari Bonggol Jagung

Meskipun demikian, tetap saja bisnis yang dijalankan oleh sano ini memiliki kendala. Banyak pula orang yang tidak menyukai produknya, kebanyakan pembeli adalah kalangan yang memang memiliki kesadaran terhadap lingkungan. Tetapi hal tersebut tidak menyebabkannya putus semangat. Justru karena semangatnya untuk terus berkreasi, omset usaha yang Junerosano dapatkan pada tahun 2012 menjadi lebih dari 2 milyar.

Sumber gambar latar : http://bisnis.liputan6.com

Author ArifaNida

"Menulislah, karena tanpa menulis engkau akan hilang dari pusaran sejarah." -Pramoedya Ananta Toer-
Email: [email protected]
IG: @arifa_nida

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Loading…

0